Jumat, 29 Maret 2019

SINOPSIS Love in Sadness Episode 7 PART 2

PS : All images credit and content copyright : MBC


Hari berganti malam,hujan turun sangat deras. Jung Won minum teh sendirian di rumahnya sepertinya ia memikirkan seseorang. 


Ma Ri masih di jalan dan kehujanan. Ia berteduh di emperan toko. Dua orang laki laki mabuk mengganngunya. “ Hei nona kau tidak punya tempat untuk pergi?” 
“Apakah kau ingin ikut dengan kami dan minum?”
“Aku tahu tempat yang bagus.”
“Hei mari kita bersenang senang bersama.”


Ma Ri menjauh pindah tempat, tapi mereka mengikutinya. 
“Hei kami punya payung besar di sini. Kau bahkan tidak punya payung.”
“Ini payung,hei.”


Ma Ri berusaha menghindar lagi, tapi lagi lagi kedua orang mabuk mengikutinya. “Hai nona...”
“kenapa kau...”
Mereka terus mendekati Ma Ri hingga dua orang tadi terpojok dan jatuh sendiri saat berusaha mendekati Ma Ri. 


Jung Won sedang membaca buku di atas tempat tidur tiba tiba ponselnya menyala. 


Ma Ri saat ini berada di kantor polisi dengan dua orang  mabuk yang mengganggunya. Ma Ri diam saja tapi salah satu lelaki berteriak. “ Hei apa yang kau lakukan, ini jas mahal.”
Polisi menyuruhnya diam. “ Astaga diamlah. Keluarganya datang. Jadi mengapa kau memperumit situasi?”
“Aku tidak akan membiarkan dia lolos begitu saja.Ini jas mahal. Beraninya kau...”


Jung Won datang ke kantor polisi dia melihat ke arah Ma Ri dan termenung lama. 
Si lelaki mengumpat lagi, “ Sialan aku punya saksi.”
“Hei apakah kau pak Seo Jung Won?”tanya pak polisi pada Jung Won. 
“Yaa.”
“Sepertinya seorang pria mabuk memprovokasi dia untuk bertengkar. Aku kira jasnya hancur sedikit saat dia berkelahi dengannya. Dia bisa saja memberinya uang tapi dia tidak mau mengatakan sepatah kata pun.Aku memintanya berulang kali... untuk mendapatkan nomormu. Kau tahu dia?
Jung Won masih menatap Ma ri iba. Ma Ri menangis. 


Seo Jung Won membawa Ma Ri ke restoran untuk makan malam. Mereka duduk berhadapan. Ma Ri menunduk sedih. Jung Won bertanya, “Bagaimana kabarmu?”


Ma Ri mengangkat wajahnya, ia berkata, “Baik. Aku sudah berkeliling mencari pekerjaan.Aku bisa melakukan apa saja jika mereka memperkerjakanku. Aku pikir aku bisa melakukan apa saja dengan wajah baru. Tapi... ternyata tidak banyak yang bisa aku lakukan. Aku pikir aku akan bebas setelah mengubah wajahku. Dengan wajah baru aku pikir... Aku akan bisa menjauh darinya. Tetapi aku tidak bisa. Aku masih takut dan menyedihkan. Aku merasa hampa. Ma Ri menunduk menangis. 


Jung Won menghiburnya dengan mengajak makan. “Makanlah selagi hangat.”
Jung Won menyuapkan sendok ke mulutnya sendiri. Ma Ri bisa tersenyum lalu mulai makan. 


Hujan masih turun deras, In Wook duduk melamun. 


Detektif Oh menghampiri, “Kami memiliki sepuluh orang yang tersisa.” “Berikan padaku”
Detektif Oh memberikan daftarnya. In Wook menyambarnya begitu saja lalu membaca nama nama pembeli yang tertera dan salah satunya ada nama Woo Ha Kyung. In Wook menurunkan kertasnya. 
Detektif Oh, “Sebut saja sehari. Sampai jumpa besok.”


Setelah kepergian detektif Oh,In Wook melihat hujan,dia cemas. Ia bergumam sendiri, “Ma Ri.. Ma Ri ada diluar sana. Sekarang hujan. Dia pasti sangat kedinginan. Dia pasti sangat ketakutan. Di mana kau? Di mana kau Ma Ri?”


Kenyataannya Ma Ri sedang berjalan berduaan di bawah satu payung bersama Jung Won. Ma Ri meluruskan pegangan payung yang condong ke arahnya agar Jung Won tak kehujanan. (jadi inget lagunya payung teduh) 


Jung Won membawa Ma Ri untuk menginap di rumahnya. Jung Won menyilakan Ma Ri untuk masuk juga menyiapkan sandal rumah untuknya. Dengan malu malu Ma Ri berkata, “Lalu... Aku akan berhutang budi padamu.”
Jung Won hanya tersenyum. 


Jung Won memberi kamar untuk Ma Ri agar ia bisa beristirahat, “ kamar ini kosong. Aku akan membeli barang barang yang kau butuhkan besok,” kata Ju g Won. “beristirahatlah.” Ma Ri mengangguk mengerti. 


Sepeninggal Jung Won, Ma Ri duduk di tepi tempat tidur. Ia merasa tidak enak. Ma Ri lalu berganti posisi di bawah. Ia tidak bisa tidur. Duduk meringkuk dengan kepala diletakkan diatas lutut. Akhirnya ia tertidur.


Ma Ri bangun pagi pagi dan menyiapkan sarapan untuk Jung Won. 


Jung Won bangun kemudian dan melihat Ma Ri sibuk di dapurnya. 


Ma Ri melihat Jung Won dan berkata, “ Kau terbangun? Aku sudah berusaha tidak berisik.maafkan aku. Aku bahkan tidak bertanya padamu. Aku hanya ingin membuatkanmu sarapan.”


Jung Won tersenyum lalu menimpali, “Tidak masalah. Baunya enak.”
“Makanan sudah siap. Aku hanya tinggal menuang sup ke dalam mangkok.” kata Ma Ri. 


Di meja makan Ma Ri menuangkan sup ke dalam mangkok, sementara Jung Won menuang air ke dalam cangkir. Diam diam Jung Won tersenyum melihatnya. 


Hidangan telah siap dan terlihat lezat. Ma Ri memasak banyak menu. Jung Won bertanya, “Apakah ini dari kulkasku?
“Yaa.”


Mereka kembali saling memandang dan melempar senyum. 
Ma Ri, “Aku hanya membuatnya dengan bahan bahan yang kau miliki. Aku harap kau akan menyukainya.”
“Tentu saja aku akan menyukainya”
“Aku bahkan tidak tahu sudah berapa lama karena aku sarapan dengan orang seperti itu.”

 “Aku akan membuat sarapan untukmu setiap hari. Tolong biarkan aku melakukan itu sementara aku tinggal di sini.”


Jung Won terdiam menatap Ma Ri. Ia sepertinya keberatan. Ma ri lanjut bicara, “AKU seorang juru masak yang baik. Aku dulu seorang ibu rumah tangga penuh waktu.”
“Tidak, kau tidak harus melakukan ini.”
“Tolong biarkan aku setidaknya melakukan itu. Dengan begitu aku akan lebih nyaman tinggal di sini.”
“Silahkan”
“Terima kasih.”
“Sementara kau tinggal di sini aku ingin kau merasa nyaman dan merencanakan masa depan.”
“Baiklah. Aku akan melakukannya.”
Mereka akhirnya sarapan bersama. 


Ditengah sarapan Ma Ri bertanya, “Ngomong ngomong bisakah aku bertanya? Apakah istrimu pergi ke suatu tempat?”
Jung Won tidak bisa berkata kata. 
“Aku seharusnya tidak menanyakan hal itu. Maafkan aku.”
Kita belum diperlihatkan jawaban Jung Won. 


Joo Hae Ra keluar dari mobil menenteng sebingkai lukisan. Ia berpapasan dengan Jung Won dan menyapanya, 
“Selamat pagi.”
“Kau datang lebih awal.” Balas Jung Won. 
“Aku harus bekerja lebih keras galeri sedang mengalami krisis keuangan.”


Jung Won membukakan pintu untuk Joo Hae Ra. 
“Harapan apapun dengan artis ini tercapai.”kata Joo Hae Ra. 
“Kenapa?”tanya Jung Won. 
“Aku tidak bisa menghubunginya. Aku yakin galeri lain menghubunginya. Aku pikir aku kehilangan sainganku bahkan sebelum aku menyadarinya
“Karena kau tidak dapat menyembunyikan cahayamu dibawah kegelapan.” ujar Jung Won
“Dan ada rahasia yang tidak bisa kau sembunyikan.” Kata Joo Ha Rae lagi memancing kejujurannya. Jung Won menoleh padanya lalu Joo Hae Ra pura pura menatap ke depan. Pintu lift terbuka ia masuk diikuti Jung Won. Joo Ha Ra nyelutuk, “Jadi akhirnya kau melakukan operasi padanya kan?


Jung Won menoleh lagi, “Apa?”
“Wanita yang bertanya padamu untuk mengubah wajahnya agar menjauh dari suaminya. Apakah aku salah?”
Jung Won nampak cemas. 
“Aku mendengar pasien tanpa nama dirawat di rumah sakit selama sebulan.Jadi aku ingin tahu siapa dia.Dan itu terjadi padaku tadi malam. Benar itu dia.”
“Benar. Dia adalah pasien darurat. Aku kira dia berpikir untuk bunuh diri. Itu sekitar sebulan yang lalu.”
“Apakah itu disaat pemakaman Ha Kyung?”
“Yaa. Pada hari itu.”


Joo Hae Ra menoleh melihat Jung Won tak percaya, 
“Itu sebabnya aku ingin membantunya,” kata Jung Won lagi. 
“Aku tidak percaya ini. Jadi kau ini Seo Jung Won bunda Theresa. Kau seorang dermawan.”
Jung Won tersenyum mendengarnya sementara Joo Hae Ra nampak kesal.
Jung Won keluar lift, ia berucap “ Jika kau menemukan pelukis tanyakan padanya apakah dia ingin menjualnya.”
“Aku ingin bertemu pelukis juga.”balas Joo Hae Ra. 


Kini tinggal Hae Ra sendiri. 
“Aku yakin ada lebih banyak lukisan bunga. Bunga yang mengundang orang untuk melihatnya.” Ia lanjut bergumam, “ Tidak bisakah kau melihatku? Sekarang Ha Kyung sudah pergi. Tidak bisakah...” Joo Hae Ra tersenyum sendiri. “Apa yang aku lakukan? Di mana harga dirimu?”


Mobil putih In Wook menepi. In Wook turun dari mobil dan akan masuk rumah ketika melihat Kang ill Gook bermain Golf ia memberi salam. “Aku pulang.”
In Wook akan pergi tapi ayah berbicara, “Kau. Aku dengar kau sibuk hari ini. Kau sibuk dengan bisnis barumu.dan kau sibuk mencari istrimu.”
In Wook yang mendengarnya berbalik, “Aku akan mengurus semuanya tanpa membuat kesalahan.” 


Langkah In Wook terhenti saat ayahnya berkata lagi, “Ibumu adalah orang yang sangat baik. Dia melarikan diri berkali kali tapi dia akhirnya kembali.meski dipukuli sampai babak belur dia kembali ke rumah. Menurutmu me ngapa dia kembali?”
“Tolong jangan bicara tentang ibu.”
“Itu karena kau. Dia tidak memiliki siapapun selain kau untuk berpaling.”
In Wook menahan marah dengan mengepalkan tangannya tetapi melihat ayahnya dengan geram. 
“Tidak ada yang mengerti dirimu tapi aku mengerti. Kau mengambil semua peringaiku. Miliki seorang bayi setelah istrimu kembali!”
Ayah lanjut memukul bola. In Wook bernafas lega. 


In Wook di kamar mencari cari sesuatu sambil teringat masa kecilnya. 


In Wook kecil meringkuk ketakutan saat ayah menyuruhnya menghubungi ibunya. 
“Hubungi ibumu. Katakan padanya untuk kembali sekarang.” Perintah ayah galak


In Wook mengambil pistol di laci lalu mengisi peluru, dan menembak ke bayangannya sendiri di cermin. (ost keren) 


In Wook kecil melihat ibunya dipukuli ayahnya lalu tewas bunuh diri. 


In Wook mengingat ucapan ayahnya bahwa ia mewarisi sifat ayahnya. 


In wook menangis menodongkan pistol pada cermin. Tidak, tidak! 


In wook terkenang akan Ma Ri saat selfi berdua dan mengecup rambutnya. “Ma Ri tolong datang kembali. Kembalilah dan hibur aku” pintanya memelas. 


Kemudian saat sarapan roti berdua. Ma Ri tersenyum manis padanya. “Kembalilah dan hibur aku. Sekarang juga.”


Ma Ri di rumah Jung Won sedang membuat catatan ia ingin menemukan pekerjaan, bersiap untuk kontes, dan pergi ke Woo Seon. 
Aku bisa melakukan ini. Semua akan baik baik saja. 


Setelahnya Ma Ri menyiangi bunga bunga di rumah Jung Won. Ia berkata, “Ma Ri kita bertahan hidup dan hidup bahagia. Kau dan aku.”


Ma Ri mencari cari sesuatu.Ia memperhatika  gudang. Ma Ri akan masuk tiba tiba, terdengar suara Jung Won. 
“Apa yang sedang kau lakukan?”
Ma Ri setengah terkejut, “Kau di rumah. Aku mencari ruang hampa.”
“Aku akan mengambilnya. Jung Won seakan tak memperbolehkan Ma Ri masuk ke sana. 


Jung Won bergegas mengambil suatu peralatan yang dibutuhkan Ma Ri dan menutup pintu gudang kembali. 
“Aku akan melakukan ini.” Kata Jung won pada Ma Ri dengan agak kikuk. 
Ma Ri mengiyakan dengan  heran dan mengawasi gudang kembali saat Jung Won berlalu. 


EmoticonEmoticon