Jumat, 22 Maret 2019

SINOPSIS My Husband Oh Jak Doo Episode 7 PART 2

PS : All images credit and content copyright : MBC


Terlihat ramai orang di depan rumah Seung Joo. Mereka melihat polisi menangkap seseorang yang dikira pelaku pembunuhan di kamarnya Seung Joo.


Ketika melihat wajah orang yang tertangkap itu, Jak Doo mengingat-ingat kembali pertemuannya dengan si pembunuh.

Begitu masuk ke dalam rumah, Jak Doo memperhatikan kembali manik-manik gelang si pembunuh yang jatuh. Dia juga teringat perkataan Eun Jo mengenai putra Cho Chi Soo yang mencarinya. Jak Doo galau harus pergi kembali ke desa atau tidak.


Si pembunuh yang lagi dipikirin Jak Doo, pamitan sama anaknya. 

“Apa ayah akan kembali? Ibu bilang dia akan kembali saat aku tinggal dengan guruku. Tapi, dia malah meninggal.” Tanya si anak. Si pembunuh memjawab tentu saja dia akan kembali.


Nah, ketika si pembunuh itu ngajak tos, si anak tanya dimana gelang pemberian ibu. “Hilang....” jawab si pembunuh. Si anak pun berinisiatif memberi gelang yang ia pakai kepada si pembunuh.


Seung Joo sangat ketakutan saat mendapati lampu kantor yang tiba-tiba mati. Dia langsung berlari ke mobilnya. Kemudian, ponselnya berdering. Nomor tak dikenal. 


Ternyata yang menelepon Seung Joo adalah si pembunuh, ia meminta video rekaman Dong Sae Ra, istrinya sepuluh tahun lalu. Seung Joo mengiyakan namun agak lama karena harus mencari berkasnya dulu. Dia lalu bertanya bagaimana keadaan Sae Ra. 

Si pembunuh tidak menjawab, ia malah menutup teleponnya.


“Kurasa mereka mencoba membawa pelakunya kembali dari Kanada. Dia pacar korban yang meninggal pada hari itu. Kurasa dia di TKP juga.” Cerita teman si pembunuh. Dia kemudian bertanya apa yang membuat si pembunuh dendam kepada Seung Joo.
“Sae Ra meninggal karena wanita ini.” Jawab si pembunuh.


Jak Doo sedang membantu Seung Joo menata isi lemari penyimpanan makanan. Saat memeriksa kembali isi tas kreseknya, Seung Joo sadar kalau dia belum membeli koyo untuk Jak Doo. 
Tentu saja, Seung Joo berniat balik lagi ke toko membeli koyo. Jak Doo bilang tidak usah. “Keadaanmu yang sehat membuatku merasa aman.” Jelas Seung Joo.


Bukannya ke toko, Seung Joo malah pergi ke kamar TKP pembunuhan. Dia teringat pernah membeli barang bagus untuk memar dari perjalanannya dulu ke Tiongkok. Nah, Seung Joo nemu tuh barang di laci meja dekat tempat tidur. 

Begitu Seung Joo sadar kalau dirinya sedang berada di kamar TKP pembunuhan, dia sangat terkejut dan takut. Seung Joo perlahan-lahan buka mata, melihat ke arah tempat tidur. Syukur... bayangan korban meninggal yang biasa dilihat Seung Joo tidak terlihat lagi.


Seung Joo lalu balik badan, di depan pintu kamar dia malah tersenyum ke Jak Doo yang dari tadi menunggu. Tentu saja, Jak Doo heran. Ditambah lagi Seung Joo kemudian berlari memeluk Jak Doo. 
“Sepertinya sekarang aku baik-baik saja. Kamu melihatnya bukan?” kata Seung Joo. Jak Doo yang terkejut pun bertanya apakah Seung Joo yakin sudah baik-baik saja sekarang. Seung Joo memberi anggukan kepala.


Jak Doo turut senang mengetahui keadaan Seung Joo sekarang. Jak Doo lalu ditawari Seung Joo perpanjangan kontrak. “Akhirya aku bisa lega untuk pergi. Untuk apa memperpanjang kontrak. Aku tidak mau terlibat masalah lebih besar.” Jawab Jak Doo. 

Jak Doo pun memutuskan untuk pergi kembali ke desa esok hari.


Seung Joo berkata, “Baiklah.” Seung Joo kemudian meminta Jak Doo membawa barang yang tadi ia ambil di kamar. Seung Joo juga menunjukkan kepada Jak Doo bagaimana cara menggunakan barang tersebut.

“Terima kasih.” Kata Jak Doo begitu menerima barangnya.


Begitu sampai ke kamar, Jak Doo teringat perkataan kakeknya ketika melihat kaki tiga penyangga senar gayageum. 

“Semua orang memiliki beban hidup berbeda yang harus mereka tanggung. Untukmu Hyuk, suara ini (gayageum) adalah beban hidupmu.” Kata si kakek. 

Jak Doo kecil lalu bilang kalau dia tidak mengerti apa maksud kakek. Kakek menjawab Jak Doo kecil akan mengerti maksudnya kalau dia sudah dewasa.


Di sisi lain, Seung Joo sedang memuji Jak Doo yang berbakat menghidupkan kembali sesuatu, seperti bunga dan orang.


Keesokan paginya, Jak Doo bersepeda. Dia mengingat-ingat kebersamaannya dengan Seung Joo selama di Seoul.


Begitu Jak Doo pulang, Seung Joo langsung menyambut, “Kamu dari mana? Aku sudah lama mencarimu.” Jak Doo menjawab kalau dirinya habis memperbaiki sepeda di gudang dan sepedanya kini bisa digunakan lagi. 

“Makananmu sudah siap. Naiklah.” Kata Seung Joo kemudian.


Tada... menu sarapan Jak Doo dan Seung Joo pagi ini.


Ketika akan membuka bungkus nasi yang baru saja matang, Seung Joo berteriak, “Panas!”


Melihat itu, Jak Doo dengan gentlelnya melakukan yang Seung Joo lakukan tadi. 
“Tidak panas?” tanya Seung Joo keheranan. Jak Doo pun menjawab kalau tangannya dipenuhi kapalan. 


Seung Joo yang penasaran menarik tangan Jak Doo, “Astaga, sidik jarinya tidak terlihat.”
Seung Joo pun bertanya apa saja yang dilakukan Jak Doo sampai sidik jarinya terhapus. Jak Doo tidak menjawab dia malah makan.


Saat Jak Doo akan mengambil daun perilla, Seung Joo berkata, “Bahkan saat makan daun perilla, kamu butuh seseorang untuk menekannya.” 

Seung Joo kemudian bilang kalau dirinya sibuk hari ini jadi tidak bisa mengantar Jak Doo.


Mendengar itu, Jak Doo meminta Seung Joo untuk tidak khawatir, dia sangat hafal jalannya.


Seung Joo yang akan berangkat kerja sepertinya merasa berat nih, ditinggal Jak Doo.


Jak Doo juga iya, dia kayaknya masih khawatir sama Seung Joo...

2 comments

Makasih sudah dlanjut...tetap semangat..slalu d tunggu...

Terima kasih atas sinopsisnya... Suka banget..


EmoticonEmoticon