Kamis, 18 April 2019

SINOPSIS Confession Episode 1 PART 1

PS : All images credit and content copyright : tvN

Prolog


Adegan dimulai dengan suasana gedung tahanan dan Seorang sipir berjalan menuju satu ruangan. 


Sipir masuk dan memberi tahukan kepada tahanan 2066 kalau dia memiliki pengunjung. Namun tahanan itu menolak menemuinya. Dia meminta kepada Sipir untuk menyampaikan pesan untuk tidak mengunjunginya lagi mulai sekarang.


 Sipir menuju ruangan pengunjung dan menyampaikan pesan tahanan 2066. 
“Dia menolak untuk bertemu Anda. Dia juga meminta Anda untuk tidak lagi datang menemuinya mulai sekarang” kata sipir.
“Anda bilang kalau putranya yang mengunjunginya kan?” tanya pengunjung
“Aku mengatakan kepadanya bahwa yang mengunjunginya adalah Choi Do Hyun. Di kunjungan Anda sebelumnya dan kali ini juga” Jawab sipir

Sipir meninggalkan ruangan, sementara Choi Do Hyun sedih dengan wajah yang terlihat muram.
Tak lain dan tak bukan, putranya ini (Choi Do Hyun) adalah Lee Jon Ho, sang aktor utama.

Episode 1


Beberapa pekerja menghangatkan tubuhnya di dekat perapian sebelum memulai bekerja. Lalu mandor mereka memberikan semangat untuk bisa menyelesaikan pekerjaannya hari ini.


Nampak suasana pekerja pabrik yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Disebuah lorong terlihat seorang pekerja merapikan pipa yang berbentuk melingkar (mirip holahop besar). Di bagian atas muncul percikan api dari pekerja yang sedang mengelas besi, seorang pekerja lagi berjalan ke sudut lain untuk mengambil gerobak lalu memindahkannya.


Ada tumpukan salju pada gerobak itu, bahkan dilantainya juga. Pekerja itu terlihat kesulitan memindahkannya karena bebannya terasa tidak wajar. Akhirnya dia mengecek bungkusan yang ada di atas gerobak.


Terkejut, pekerja itu reflek mundur


 Terlihat mayat seorang wanita yang tertutupi es dengan mata yang terbuka.


Suasana di pabrik langsung kacau.


Polisi berdatangan untuk meriksa TKP. Police Line dipasang di sekitar gedung itu. Petugas forensik datang untuk memeriksa jenazah. Sedangkan Polisi yang lain mengambil foto pada area sekitar jenazah. Tampak  seorang kapten mengamati jenazah tersebut. 
Korban adalah seorang wanita yang berparas cantik.
Di sekujur tubuh jenazah penuh dengan luka dan memar, mulai dari tangan kaki lengan wajah. Terlihat seperti korban kekerasan. 


Seorang polisi mulai melakukan penyelidikan. Dia mulai memberikan pertanyaan kepada pekerja yang menemukan korban. “Apa ini jam kerja Anda? Anda yang menemukannya, ‘kan?. Pekerja itu mengiyakan.


Kapten Ki, Ki Choon Ho,  masih melihat mayat itu dengan seksama saat anak buahnya memanggil untuk melihat hasil temuannya. Pakian korban dibakar didalam tong bersama dengan botol yang pecah.


Ada laporan dari petugas lainnya yang menemukan barang milik korban. Barang itu adalah sebuah tas berwarna putih.


Lokasi pindah ke kantor kepolisian. Disini kita mendengar suara reporter yang menyajikan berita tentang kasus pembunuhan seorang wanita berusia 20-an yang terbunuh di mut*****, ditelan***** dan pakaiannya dibakar, di lokasi konstruksi di Eunseo-gu, Seoul. Sang reporter mengatakan bahwa kejadian ini membuat semua orang trauma. Namun, belum ada kemajuan setelah dua minggu sejak terjadi pembunuhan. Kritikan terhadap polisi telah bermunculan. 


Di meja yang lain ada seorang polisi yang juga serius mendengarkan berita itu.


Polisi yang dibicarakan reporter sedang makan bersama dua rekannya.
“Astaga, aku kehilangan selera makan. Mereka pikir kita bermalas-malasan? Polisi hanya menjadi sasaran umpatan mereka.” Kata detektif Lee penuh emosi dan langsung mengambil remote mematika televisi.


“Melihat bagaimana tubuh korban dimut***** seperti itu, ini bukanlah kasus biasa. Tidak peduli seberapa keras kita menyelidikinya, kita tidak dapat menemukan satupun petunjuk. Bagaimana jika kita benar-benar tidak dapat menangkap pria itu?” Kata seorang polisi lainnya. 
Polisi yang mematikan TV tadi menanyakan kepada rekannya, apakah dia tahu berapa tingkat penangkapan tersangka pembunuhan di negeranya, rekannya menanyakan balik “berapa?” lebih dari 95 persen kata polisi itu. 
Polisi yang berada di meja lain (Kapten Ki Chonn Ho) sepertinya juga mendengarkan obrolan mereka dan nampak berfikir.
“Jadi ada lima tersangka dari 100 tersangka yang tidak tertangkap.” Kata polisi berkemeja blue jeans
“Intinya ...” dua rekannya sudah serius mendengarkan. “.....mereka tidak tertangkap” dan ketiganya melanjutkan makannya.
-- Auto ngakak saya mendengar diskusi mereka ini, selain pembahasan yang tak jelas solusinya dan parahnya dengan muka tanpa dosa mereka melanjutkan makan, padahal sebelumnya mereka hilang selera makannya. – maaf sudah ga nahan untuk berkomentar :)


“Jangan katakan “tidak tertangkap dengan sembarangan. Kita harus seperti buaya. Begitu buaya menggigit, buaya tidak akan pernah melepaskan mangsanya.”
“Detektif pun begitu. Setelah kau menggigit, kau harus mempertahankannya sampai akhir.” Kata kapten Ki Chon Ho
“Ya Kapten,aku akan mengingatnya.” 


Kapten menanyakan ke mereka apakah hasil analisis sidik jari keluar hari ini. Anak buahnya menjawab iya, tapi masih perlu menunggu satu atau dua jam lagi karena tidak banyak sidik jari.
Lagi-lagi polisi yang mengambil remote tadi berkomentar “Apa gunanya bertanya setiap 30 menit? Menekannya tidak akan memberi kita hasil lebih cepat” sambil melanjutkan makannya.


Muka kapten Ki terlihat kesal dan dia langsung beranjak meninggalkan mejanya. Anak buah bertanya dia mau kemana. “laboratorium” jawabnya singkat sambil melambaikan tangannya.


Telpon berdering, kapten  Ki berbalik arah dan memberikan isyarat ke anak buahnya untuk mengangkat. 
“Unit kejahatan dan kekerasan, Polsek Eunso.” Hanya derap langkah kaki yang terdengar dari telpon itu. 
“Halo” polisi memastikan.


“Aigo, Para Siput” suara dari penelpon. Kapten Ki emosi dan melemparkan kertas yang ada di meja
“Jika kalian merangkak seperti itu ... bagaimana kalian akan bisa menangkapku ketika kau berlari?” 
“Berjalanlah”
“Siput, siput” suara penelpon dengan nada menertawakan.


Para polisi emosi mendengarnya. Mereka marah karena dihina dengan sebutan Siput, dan  ini adalah telponnya yang keempat 


Telpon berdering lagi. Polisi kemeja blue jeans mengumpat karena mengira penelpon yang sebelumnya. 
“Unit kejahatan dan kekerasan, Polsek Eunso” jawabnya dengan intonasi suara tinggi namun tiba-tiba suaranya melunak. 
Ditutupnya telpon sambil berkata “Hasil sidik jari sudah keluar”
Mereka berempat langsung berkumpul dan menatap layar laptop


“Tersangka adalah Han Jong-gu, lahir 1987, usia 27 tahun” 
“dia tidak memiliki pekerjaan tetap”
“Alamatnya saat ini adalah 201,79 Sangjeong-ro, Eunseo-gu, Seoul.


Iringan mobil polisi langsung menuju lokasi utnuk menangkap Han Jong-gu
Kapten Ki dan anak buahnya menuju rumah Han Jong-gu. Polisi menggedor-gedor pintu Han Jong-gu namun tak ada respon. Sementara di bawah ada seorang laki-laki yang menenteng tas plastik makanan melihat ke atas. Tampaknya dia adalah Han Jong-gu.


Sadar dirinya menjadi incaran polisi, Han Jong-gu langsung berlari. 
Para polisi mengejar Han Jong-gu sedangkan kapten Ki mencari alternatif jalan lain. Sampai pada persimpangan kapten Ki berhasil menangkap Han Jong-gu.
Han Jong-gu berhasil dibekuk


Di ruangan rapat, deretan pengacara menempati posisi duduknya. Pimpinan datang dan semuanya berdiri memberikan penghormatan.
Sesaat kemudian nama Choi do Hyun dipanggil “Pengacara percobaan Choi Do Hyun, kau menerima kasus yang ditunjuk pemerintah?”
“Ya Pak” jawab Choi Do Hyun. “ Ya, itu adalah kasus pembunuhan dan perampokan Eunso-Gu.” 


Terjadi kasak-kusuk diantara pengacara lainnya.
“Kau menerima kasus ini sebagai pengacara percobaan diperusahaan kami, jadi tolong lakukan yang terbaik. Ini akan menjadi pengalaman yang baik untukmu.”
“Baik aku mengerti”


Persidangan Han Jong-gu digelar, hakim mempersilahkan pembela (pengacara Choi Do Hyun) untuk menyampaikan pernyataan pembukanya. Kapten Ki juga hadir dipersidangan itu.
“Terdakwa mengakui kejahatan itu dan mengakui semua kesalahan. Selain itu, terdakwa melakukan kejahatan saat berada di bawah pengaruh alkohol. Terdakwa meminta keringanan hukuman” pernyataan pembuka Choi Do Hyun


Ketika Choi do hyun hendak duduk tiba-tiba terdakwa berdiri dan menyangkal pernyataan tersebut. Dia terus saja berteriak dan membuat kehebohan dengan terus menerus mengatakan ”aku tidak membunuhnya.” Sampai kahirnya hakim memintanya tenang.
Terdakwa kembali duduk. 
Choi Do Hyun melihat kliennya dengan raut muka tanda tanya.


Hakim memanggil Choi Do Hyun selaku pembela Han Jong-gu untuk maju.
“Pembela, apakah terdakwa tidak mengakui semua kejahatan?” tanya hakim
“Agar saya bisa mengkonfirmasi maksud terdakwa, saya ingin mengajukan permintaan untuk sidang lanjutan.”


Choi Do Hyun membaca ulang berkas kasus klien yang ditanganinya. Han Jong-gu masuk dengan di antar seorang sipir.
“Kanapa kamu melakukannya?”
“Bagaimanapun situasinya, kurasa tidak benar mengakui sesuatu yang tidak dilakukan”


Sambil menunjuk berkas pernyataan kliennya Choi Do Hyun berkata dengan nada tegas “dalam pernyataan ini kau mengakui. Kau melakukan kejahatan”


Han Jong-gu mengaku kalau dia ketakutan saat itu. para detektif meneriakinya dengan catatan telepon dan sidik jarinya. Sekali lagi dia mengatakan kalau dia sangat takut sambil menunduk dengan menahan tangis (entah ini Cuma akting atau sebenarnya)


“Jadi, kau mengakui bahwa kau melakukan pembunuhan?” pertegas Choi Do Hyun dengan nada suara lebih tinggi
“Kau setidaknya harus memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi. Jika kau memang membunuh seseorang kau harus memberitahuku” 
Han Jong-gu meminta Choi Do Hyun untuk mempercayainya. “Aku tidak membunuh. Tolong percayalah padaku”
“ Kau merubah pernyataanmu di pengadilan tanpa berdiskusi denganku. Bagaimana aku bisa mempercayaimu?”
Han Jong-gu masih menyangkalnya. “Aku sungguh tidak melakukannya, itu semua karena para detektif mengancamku. Aku merasa sangat menyesal. Orang-orang sepertiku diseret dan diadili. Maka itu penjara seumur hidup atau hukuman mati. Benarkan?
Choi Do Hyun menghela nafas “kalau begitu katakan sebenarnya, agar aku bisa memercayaimu”. (sepertinya choi do hyun mulai luluh)


Han Jong-gu memulai penjelasannya. Pada malam itu dia sedang mabuk, lalu dia sangat ingin buang air kecil. Jadi dia buang air kecil di dekat pabrik. Stelah itu dia melihat sebuah tas tangan kecil berwarna putih (tas korban) di tanah. Dalan kilasan gambar, Han Jong-gu membuka dompet itu, mengecek isinya dan mengambil uangnya.
Dia sebenarnya khawatir kalau-kalau polisi akan datang mencarinya, karena dia sadar ada sidik jarinya di dompet itu. Namun beberapa minggu tak satupun polisi menangkapnya. Dia merasa aman.


“Lantas kenapa kau melakukan ini?” sambil membacakan berkas pernyataan Han Jong-gu.
“Para Siput! Jika kalian merangkak seperti itu, bagaimana kalian akan bisa menangkapku ketika ku berlari? Berjalanlah! Siput... Siput ....”
Muncul cuplikan gambar Han Jong-gu sedang menelpon dan mengatakan kalimat itu dengan wajah sempurna (sebelumnya hanya ditampakkan bibirnya).
“Kau yang menelpon sampai 5 kali kan?”


EmoticonEmoticon