Jumat, 05 April 2019

SINOPSIS Love in Sadness Episode 10 PART 1

PS : All images credit and content copyright : MBC


Ma Ri akan pergi keluar,ia meninggalkan lukisan wajah ibunya di kamar. 


Ma Ri membawa tas besarnya. Ia menuju Hongdae untuk mengunjungi ibunya dengan naik bus. 


Ma Ri telah tiba di tempat ibunya dirawat. Ketika membuka kamar ibunya, ia terkejut karena kamarnya kosong. Ma Ri yang panik meninggalkan tas besarnya di sana. 


Ma Ri mencari cari ibunya dengan panik. 


Akhirnya Ma Ri berhasil menemukan ibunya yang sedang bersama seorang perawat. Ma Ri mendekati mereka, perawat heran melihatnya, “Permisi, tapi kamu siapa?”
“Aku...” Ma Ri tidak bisa menjawab. Perawat jadi curiga padanya. “Bu, ayo kita kembali ke kamar.”ajak perawat pada ibu. 


Perawat memutar kursi roda menghadap ke Ma Ri saat itulah ibu melihat wajah Ma Ri. Dan ibu tiba tiba menyapanya seolah mengenalinya, “Kenapa baru datang?Aku sudah lama menunggumu.”
Ibu menggenggam tangan Ma Ri. 
“Kamu pasti teman putrinya.”ujar si perawat. 
“Ya, aku datang menggantikannya.”
Ibu membelai wajah ma ri dengan sayang. Perawat yang melihatnya berujar lagi, “Astaga dia sangat merindukan putrinya,tapi sepertinya dia masih di luar negeri. Kudengar dia pergi jauh.”
Ibu berkata, “Aku sangat merindukanmu.” Sambil menepuk nepuk lembut pipi Ma Ri. Dan Ma Ri menangis terharu. 


Di ruang operasi. Dokter Seo  Jung Won dengan lihainya menjahit atau memperbaiki ya, jari seseorang. Dokter Ha yang ikut membantu sepertinya memperhatikan dengan kagum. 


Ibu sudah dibawa ke kamarnya. Ma Ri sedang menyelimutinya. “Jangan asal membuang selimut. Jangan sampai terkena flu. Makanlah yang baik sampai aku kembali lagi. Jangan lupa minum obat juga. Ibu mengerti?”pinta Ma Ri panjang lebar pada ibunya. 


Ibu tiba tiba menyahut, “Tempat ini menyesakkan. Aku harus pergi ke halte bus. Bisa kamu mengantarku menemui suamiku? Dia tidak tahu aku di mana.”
Ma Ri dengan sabar menjawab, “Bersabarlah sedikit lagi. Aku akan menyelesaikan semuanya dan kembali pada ibu.jadi tolong bersabarlah sedikit lagi, ya?” 


Ma Ri menangis dan memeluk ibunya. 


Jung Won dan Ha sung ho selesai melakukan opersai mereka keluar dari ruang operasi. 
Dokter Ha, “ Aku lelah.”
“Kerja bagus”kata dokter seo sembari menepuk bahunya. 
“Kamu benar benar ahli,”puj dokter Ha, “Kalau aku pasti sudah menyerah menangani pasien itu.”
“Aku takkan berhasil tanpa bantuanmu. Terima kasih.”Jung Win menimpali. 
“Kalau begitu bagaimana jika malam ini kita minum minum?”
“Lain kali saja.”
“Dokter Seo,kamu terus bilang lain kali saja. Kamu tahu pepatah ini? Siapa yang tahu besok akan tiba dahulu atau kehidupan selanjutnya yang lebih dahulu.”
Jung Won Hanya tersenyum sambil menggoyangkan jarinya lalu pergi. 


Joo Hae Ra di kantor Jung Won melihat gaun ungu yang dibungkus pada kantong kertas, Jung Won masuk ke ruangannya. Joo Hae Ra berkomentar, “Operasi baru selesai, operasi itu pasti sulit.”
“Terima kasih aku pasti kesulitan jika tidak dibantu kamu.”kata Jung Won kemudian. 


Jung Won menyerahkan gaunnya. Mereka lalu duduk. Joo Hae Ra bertanya, “Sebenarnya ada apa? Suami Yoon Ma Ri terlihat sangat mengerikan. Aku sangat takut saat mencari informasinya. Katanya banyak suami kasar di Amerika serikat, inggris jepang bahkan di sini. Jumlahnya semakin meningkat. Ada dua tipe pria kasar. Yang pertama seperti banteng. Mereka bisa tiba tiba marah. Biasanya istri mereka juga melawan. Jadi bagi orang lain itu terlihat seperti pertengkaran pasangan biasa. Kamu tahu tipe kedua apa?”Kobra. 


Saat Joo Hae Ra menceritakan tipe yang kedua, latar belakangnya adalah Kang In Wook. 
“Tipe pria ini berhati dingin dan kejam dan istri mereka hanya sekadar katak yang tertangkap kobra. Pria seperti ini karismatik karena itu wanita mudah terpikat pada mereka. Kobra ini mudah menemukan wanita kesepian.”


Oh Cheol menemui In Wook. 
“Sudah ada kemajuan?tanya In Wook datar. 
“Aku sudah menyelidikinya. Ketigapuluh wanita ini dan menemukan hal aneh.” Oh cheol menyerahkan berkasnya pada In Wook. 


“Kedua wanita ini berteman.”ujar Oh cheol. 
In wook melihat catatan, Joo Hae Ra dan Woo Ha Kyung  membeli gaun ungu di hari yang sama. 
In Wook ngomen, “Mereka teman berbelanja dan membeli gaun yang sama.”
“Ada yang mencurigakan.”sahut Oh cheol. In Wook kemudian mulai berpikir. 


Jung Won tertawa mendengarkan penjelasan Joo Hae Ra. 
“Banyak juga yang kamu cari.”
“Apanya yang lucu?Bayangkan secemas apa aku saat membaca disertasi itu?”
Jung Won tak menanggapi malah bertanya, “Ada jadwal operasi lain?”


Joo Hae Ra berdiri dari duduknya lalu berujar, “ Dia harus pergi dari rumahmu atau kamu juga dalam bahaya.”


“Dia sudah pergi.”
“Benarkah?memang harusnya begitu Baguslah. Tindakannya sudah tepat.”
“Dia sendiri yang memutuskan pergi.”
“Benarkah?” Joo Hae Ra sepertinya senang mendengarnya lalu bertanya lagi, Hei, Apa pendapatmu tentangnya?”
Jung Won diam saja dan kita belum diperdengarkan jawaban Jung Won. 


Joo Hae Ra berkata lagi, “Aku cemas. Kamu menganggapnya Ha kyung.”
“Apa? Tidak seperti itu.”
Jung Won bangkit dari duduknya dan seperti buru buru berjalan meninggalkan  Joo Hae Ra yang nampak kesal. 


Joo Hae Ra bergumam sendiri, dia benar benar harus menjauh darinya. 


Ma Ri di kamarnya yang sempit akan melukis, seperti dahulu sebelum melukis ia memulai ritualnya, ia me yilakan rambut kebelakang, menaikkan lengan bajunya, serta membuat garis vertikal dan horizontal lebih dulu. 


Ma Ri melukis bunga.Bunga yang berwarna merah menyala dan segar. 


Jung Won meninggalkan klinik ketika hari mulai gelap. 


Jung won memandang bulan separo di langit. 


Setelah menyelesaikan lukisan pertamanya usai kabur dari rumah In Wook, 
Ma Ri dalam hati, mereka mungkin klien pertamaku. 


Ma Ri berhenti melukis. Ia mulai mengantuk. Ia menguap.


Ma Ri menyibak tirai untuk melihat pemandangan malam. Seperti Jung Won, ia tersenyum melihat bulan separo. 


Pagi hari Ma Ri keluar rumah dengan bersemangat. 


Jung Won di ruangannya menatap layar komputer, lalu beralih pada lavender di mejanya. Ia tersenyum. 


Jung Won berkata pada perawat wanita, “ini akhir jadwal pagiku.”
“Baik profesor.”
Jung Won tersenyum lagi. 
Perawat wanita, “kudengar hari ini anda akan mengajar kelas” ia mengacungkanjempol.Jung won tertawa melepas kacamata, dan berdiri sembari berkata, “Tolong urus tempat ini.”
“Jangan cemas.”


Jung Won menyambar tasnya dan bergegas pergi. 


Perawat wanita memuji, “Dia luar biasa. Dia memang selalu luar biasa."


EmoticonEmoticon