Kamis, 18 April 2019

SINOPSIS Love in Sadness Episode 12 PART 2

PS : All images credit and content copyright : MBC


Ma Ri di kamarnya belum bisa tidur. Lalu berbaring miring. 


Ma Ri meraih ponsel di atas bantal. Ia ingin menelpon Jung Won kayaknya, tapi urung. 


Jung Won masih menunggu Ma Ri dengan cemas.ia terus mengawasi kamar Ma Ri dan menunggu telpon darinya. 


Ma Ri tak jadi nelpon Jung Won, ia mencoba memejamkan mata. 


Jung Won diluar akhirnya meninggalkan rumah kontrakan Ma Ri. 


Hari berganti pagi. Ma Ri akan sarapan, ia mengambil sesuatu dan merasakan jarinya yang terluka, Ma Ri meniup niup jarinya. 


Ingatan Ma Ri melayang pada masa kecilnya. Saat ia
Melukis ditemani ayahnya. 
“Oh itu bagus sekali. Kamu sungguh melukis itu?” puji ayahnya. 
“Ya benar.”
“Itu bagus sekali sayang.”


Ayah memegang tangannya. 
“Gunakan tanganmu hanya untuk melukis dan bukan untuk hal lain. Mungkin aku harus mengasuransikan tanganmu. Tanganmu sangat berharga. Asuransi yang mahal. Sepuluh juta dolar. Tidak. Bahkan 100 juta dolar tidak sepadan dengan tanganmu. Tanganmu sangat berharga.”


Ma Ri bicara dalam hati, Ma Ri kamu mempertaruhkan nyawamu untuk kabur demi suatu alasan. Menjadi dirimu sendiri untuk mewujudkan impianmu sendiri. Benar. Selama aku bisa melukis dengan tanganku aku akan melakukan apapun. Aku akan mencari nafkah dengan melukis. 


Aku akan melukis untuk menyokong ibuku. 


Di rumah In Wook juga sedang sarapan bersama ayahnya dan kang In Sang. 


Ayahnya Kang ill Gook membuka pembicaraan, “Rapat pemegang saham telah dijadwalkan. Jangan mengeluh dan ikuti perintah kali ini.”


In Wook menyahut, “Seperti yang kubilang aku lebih paham tentang agenda rapat ini...”


Ayah menyela, “Dasar bodoh. Karena inilah perjalananmu masih panjang.”


Ahjuma datang membawa makanan, “Nikmatilah makanannya selagi hangat, pak presdir.”


Kang ill Gook terlihat akan marah.


In Wook tersenyum seraya berkata, “Aku seusia ayah saat ayah mendirikan perusahaan ini di gudang kecil.”
“Kamu masih terlalu lembek.”
“Aku dipukuli sejak masih kecil, itu menjadikanku tangguh.”


Ayah Cuma menatapnya, ahjuma ikut bicara, “Tangguh bukan hal yang diperlukan untuk mengalahkan perusahaan.”
Ahjuma lanjut, “Dokternya pimpinan datang untuk memeriksa kondisinya kemarin. Dia mengalami tekanan darah tinggi belakangan ini. Mungkin dia banyak pikiran.”
Ayah menyela,” Tutup mulutmu. Jangan bicara saat makan.”
“Maaf pak presdir.”


Ayah lanjut bicara, “ Aku tak peduli siapa yang lebih muda atau lebih tua dalam hal ahli waris. Hanya yang putus asa...bertahan hidup dan mengisi perut mereka.”


In Wook diam diam melihat ahjuma dan Kang In Sang. 


Kang in Sang terdiam dan ahjuma tersenyum pada In Wook. 


Seusai sarapan In Wook akan ke kantor tetiba In Sang memanggilnya, “In Wook. In Wook.”  Kang In Wook menoleh. “ Apa Ma Ri pergi ke suatu tempat?  Kenapa dia tidak kelihatan belakangan ini?”
“Untuk apa kamu menanyakannya?”
“Itu...” in sang tak bisa menjawab. Ia tertunduk ketakutan. 


In Wook melihat ke arah belakang In Sang. Dibelakangnya Ahjuma pura pura membetulkan pita bajunya. In Wook tersenyum sinis lalu pergi. 


Ma Ri membungkus lukisannya. Ia bergumam, ini satu permulaan lainnya. Semoga hari ini beruntung. 


In Wook menggalau di mobil dan menyuruh sopirnya putar balik. 


In Wook tiba di galeri Ha Kyung. In Wook akan masuk bertepatan Jung Won datang. Jung Won melihatnya. 


In Wook masuk galeri. Pegawai menghampiri,  “ Ada yang bisa dibantu?”
“Aku ingin bertemu direktur.”
“Maksud anda wakil direktur?katanya hari ini terlambat”
“Aku datang untuk bertemu nona Woo Ha kyung.” In Wook menegaskan. 


Pegawai wanita tidak bisa menjawab. Untunglah Jung won datang tepat waktu. “ Istriku tidak ada di sini.”sahut Jung Won


“Ini lucu. Kamu muncul setiap kali aku datang untuk bertemu nona Woo.” Ujar In Wook. 
“Tolong siapkan teh.”pinta Jung Won. 
“Baiklah.”


“Pak Kang.”sapa Jung Won. 
“Maaf aku belum memperkenalkan diri.”
“Anda muncul diberita jadi tak perlu. Omong omong anda mencari siapa? Jika anda butuh bantuan, jelaskan masalahnya dan mintalah bantuan.”


In Wook menjawab, “Kurasa kamu tidak berniat membantu. Apa aku salah?
“Jika begitu menurut anda, berhentilah datang kemari. 


In Wook tertawa mendengarnya “Aku akan menemukan orang itu sendiri. Sendiri.”
“Alasan yang semakin kuat untuk berhenti datang kemari. Aku tidak akan menoleransinya lagi.” Jung Won menambahkan. 


Pegawai wanita membawakan teh. Jung Won akan pergi. “Maaf aku tidak bisa menemani minum teh. Aku ada operasi. Semoga kita tudak bertemu lagi. In Wook tiba tiba diam saja. 


In Wook memanggil Jung Won yang akan pergi. “Tunggu.”


Di tempat lain Ma Ri sedang menawarkan lukisannya. “Maukah kamu melihat lukisanku?”


In Wook menemukan lukisan “Potret diri”nya milik Ma Ri. Jung Won menoleh. In Wook mengingat saat Ma Ri melukisnya dan ia yang memberi nama. 


In Wook mengangkat lukisan itu dan memperlihatkannya pada Jung Won seraya bertanya, “Siapa yang melukis ini?”


Di lain tempat Ma Ri menjawab, “Aku yang melukis ini.” Ma Ri tersenyum. 


Narasi Jung Won, Aku ingin melindungi bunga yang gemetar ketakutan. Bunga yang ingin mekar. 


EmoticonEmoticon