Senin, 29 April 2019

SINOPSIS Love in Sadness Episode 13 PART 2

PS : All images credit and content copyright : MBC


Ma Ri berjalan menyusuri jalan menuju kontrakannya.Suara Woo Seon terngiang ngiang di benaknya “Tentu saja aku bisa menjadi perwakilanmu tapi apa yang terjadi dengan idolaku Yoon Ma Ri. Lulusan terbaik di sekolah seninya dan pemenang hadiah utama kompetensi seni remaja? Ma Ri tampaknya jadi galau mengingatnya. 


In Wook di kantornya sambil mengetuk ngetukan pulpen di meja menelepon Woo Seon, 


“Kontes pemula di galeri seni Kyung?” tanya Woo Seon santai. “Aku melakukannya untuk Ma Ri karena dia yang memintaku.” Lanjutnya santai.”
“Bisakah kamu mengambil kembali lukisan itu?”
“Ma Ri sudah kembali dari perjalannya?Itu lukisan Ma Ri. Aku tidak berhak melakukannya.”
“Aku yakin dia juga ingin kamu mengambilnya kembali.” In Wook mencari beralasan. 
“Benar juga. Biar kuhubungi dia dahulu dan aku akan...”Woo Seon belum selesai bicara, In Wook memotongnya, “Nanti kuhubungi kembali.”


Panggilan dimatikan. Woo Seon menggerutu sendiri sembari melihat ponsel. “Hei Kang In Wook, memangnya kenapa kalau itu lukisannya? Kamu tidak akan bisa menemukannya,kamu tahu kenapa?  Karena aku akan melindunginya darimu.” ( bgus Woo Seon, berarti ada 2 org yg nglindungi Ma Ri,terlepas JHR yg nggak sk ma dia) 


Beralih ke In Wook yang masih bersama anak buahnya(yg ganteng dan setia itu.wkwkwk) In Wook berdiri dari duduknya, “Lukisan Ma Ri di galeri seni kyung? Entah Joo Hae Ra tidak tahu atau itu lukisan Ma Ri atau dia membohongiku. Kalau begitu... Aku harus bertemu dengan direktur Woo Ha Kyung.” In Wook menoleh pada anak buahnya. In Wook sepertinya mencari siasat. 


Joo Hae Ra mengetuk ngetukkan pulpen pada lukisan Ma Ri bertanya tanya sendiri, “ Di mana pelukisnya?”


Karyawan Joo Hae Ra datang kemudian memberitahukan, “Bu, Presdir Gunha Construction menelepon.”
“Gunha Construction?” Joo Hae Ra terkejut mendengarnya. 
“Ya. Dia ingin anda datang. Dia ingin membuat kesepakatan.”
“Apa?” Joo Hae Ra tambah terkejut. 


Jung Won sedang mengoperasi pasien lelaki yang nampak kesakitan. 
“Jahit.”pintanya. Pasien itu melihat Jung Won dengan cemas lalu bertanya, “Dokter,aku akan baik baik saja bukan? Aku hanya bisa mencari nafkah dengan tangan ini.”  Jung Won meyakinkan, “jangan cemas kamu bisa segera bekerja.”
“Terima kasih. Terima kasih, dokter.” Si pasien menangis terharu. 
“Jangan bergerak ya.”
“Baik.”


Dua perawat keluar dari ruang operasi. Perawat wanita memuji Jung Won, “Kamu bisa segera bekerja. Astaga dia luar biasa.” Perawat lelaki menimpali.” Operasi darurat ini tidak akan ada kalau bukan karena aku. Alasan dia bisa bersinar di sana adalah karena aku si ahli anestesi berhasil membiusnya dengan baik.”
“ya, terserah.”


Jung  Won menyusul dibelakang mereka, “kerja bagus.” Puji Jung Won..”
“ Terima  kasih” jawab perawat wanita antusias . Jung Won, “Aku juga ingin minta tolong kepada kalian. 
“Silakan, dok.”ujar perwat lelaki. Perawat wanita, “Ada apa?”
“ Bisa kita bicara sebentar?”pinta Jung Won. 


JungWon membawa kedua perawat ke ruang yang sepi. “Ini soal pasien yang malam itu kita operasi.” Keduanya berbarengan menjawab, “Pasien vvip itu?”
“Pasien tanpa nama itu?”
Jing Won mengangguk lalu berkata, “Tidak boleh ada yang mengetahui operasi itu. Jika ada yang menanyainya, pura puralah tidak mengetahuinya.”
Perawat wanita mulai kepo nih, “kenapa? Mungkin...”  perawat lelaki segera menyenggol bahu perawat wanita lalu berkata, “Jangan cemas,kami tidak akan mengatakannya kepada siapapun.” Jung Won kembali mengangguk. 


Perawat wanita dengan centil berkata, “maaf apa mungkin kita pernah melakukan operasi itu? Aku baru mengetahuinya.” Lantas tertawa keras. Perawat lelaki kembali menyenggolnya. 
“kalian pergilah makan siang.”bujuk Jung won. 
“Dokter akan makan sendiri lagi? Waktuku kosong.”kata perawat wanita manjah.  Jung Won hanya tersenyum lalu pergi duluan. 


Perawat lelaki(maf blm thu sp nm2 perawatnya Jung Won) merayu perawat wanita, “Kamu bisa makan denganku”
“Untuk apa?”
“Ayolah.”


Jung Won masuk ke ruangannya duduk sebentar menatap bunga di atas meja ( kyke bunga di meja Jung Won ganti2, dia kn penyuka bunga) lalu pandangannya beralih pada amplop coklat pemberian Joo Hae Ra. Dan Jung Won bergegas pergi membawa amplop itu. 


Ma Ri sedang melukis. Seperti biasa melukis bunga. (yg satu penyuka bunga, satunya lg pelukis bunga) 

Ponsel Ma Ri berdering. Panggilan masuk dari perawat di sanatorium ibunya dirawat. 
“Halo”
“Aku benar benar sungkan menghubungimuTapi bisakah kamu menghubungi putri Bu Jung Sun Mi? 
“Ada masalah apa?”tanya Ma Ri kawatir. 


Jung Won dalam perjalanan menuju tempat Ma Ri. Dan di dasbor tergeletak amplop coklat. 

Lanjut ke Ma Ri, “Dia tidak mau menjauhi jendela dan menangis seharian.” Ujar perawat. Telepon ditutup. Dan Ma Ri bergegas pergi. 


Jung Won tiba tepat waktu saat Ma Ri akan pergi. Jung Won tersenyum pada Ma Ri. (omg, jung Won sll tersenyum dr epsde1 smp epsde skg, skg,mgkn g ya nti Jung Won bs mrh?) 


Akhirnya Jung Won mengantar Ma Ri ke sanatariun ibunya. 
“Terima kasih atas tumpangannya,”kata Ma Ri sambil melepas sabuk pengaman. 


Ma Ri sudah turun dari mobil. Jung Won belum sempat berkata apa apa Ma Ri berlalu, Jung Won menatap amplop coklat. 


Ma Ri berlari menuju kamar ibunya, Ma Ri sudah bersiap siap menyentuh gagang pintu, tapi urung. Ma Ri galau. 


Ma Ri masih berhenti di depan pintu. Ma Ri takut akan membuka pintu, Ma Ri teringat saat ia berlari ke pangkuan ibunya di sanatarium dulu, In Wook telah duduk menantinya di sana. Ma Ri jadi trauma. 


Ma Ri ragu ragu akan menyentuh gagang pintu kemudian ia menyentuhnya dan melepasnya lalu Ma Ri akan menyentuhnya dan ia terperanjat kaget saat tiba tiba pintu terbuka dan suster muncul dibalik pintu.
“Astaga. Ada apa?”
“Maaf.”
“Di mana putrinya?”
“Itu... Dia tidak bisa datang. Makanya aku menggantikannya.”
“Bagaimana ini. Dia terus mencari putrinya dan tidak mau beranjak. Masuklah.”


Ma Ri masuk kamar ibunya dan memeluk ibunya. 
“Ibu, putri ibu datang.” Ujarnya pada ibu, tapi ibu malah melengos. 
“Ibu marah?”Maafkan aku bu. Aku benar benar minta maaf.”
Ma Ri mendorong kursi ibunya menghadap tempat tidur dan bersiap mengangkatnya ke atas kasur tapi ibu mogok. “Ibu, ada apa? Aku Ma Ri, putri ibu. Ayo.” Ibu diam saja dengan muka manyun. “Tidak mau. Tidak.”teriak ibu. 
“Ibu...”


Jung Won ternyata mengikuti Ma Ri. Dan menyaksikan semua dibalik pintu. Jung Won pun terseyum pada Ma Ri. Berikutnya masuk ke kamar ibu. 
“Ibu ku mohon,”pinta Ma Ri. 
“Tidak mau. Tidak mau.”rengek ibu seperti anak kecil. 
“Ayolah ibu. Bu..”
“Tidak. Kubilang tidak mau.”  Ma Ri masih eyel eyelan dengan ibunya. 


Jung Won mendekati mereka. “Halo ibu.”sapa Jung Won ramah. “Bolehkah aku membantu anda? Ayo. Ini dia.” Jung Won mengangkat ibu ke atas tempat tidur. 
“Kenapa anda ringan sekali? Anda seringan bulu. Anda harus makan lebih banyak. Kalau tidak selera makan jangan lewatkan waktu makan. Makanlah yang benar.”  Ibu terseyum pada Jung Won. 


Ma Ri ikut menerangkan, “Ibu, dia adalah dokter yang menyelamatkan nyawaku.” Ibu mengulang ucapan Ma Ri. “dokter yang menyelamatkanmu.” Junh Won kbali tersenyum, begitupun ibu. Ibu sudah tidak marah lagi. 


Jung Won melihat dari balik pintu Ma Ri yang sedang menyelimuti ibunya. “Sudah baik baik saja.”kata Ma Ri meyakinkan ibunya. Lalu Ma Ri menoleh pada Jung Won dan tersenyum padanya. 


In Wook memasuki ruang lukis Ma Ri, seperti mendendam ia merobohkan lukisan Ma Ri satu persatu. Ia berhenti di depan lukisan laut, Ia pun bicara sendiri, “Jangan menghilang. Tidak apa kamu jauh dariku. Jangan ke mana mana sampai aku menemukanmu.” Terakhir ia pun merobohkan lukisan laut itu. Dan beranjak keluar.


Ibu di sanatarium histeris sendiri. “Jangan pergi. Tetaplah bersamaku.”pintanya pada Jung Won. 
“Ibu hentikan. Dokter harus pergi.”
“Jangan pergi. Kamu harus di sini bersamaku. Temani aku.”pinta Ibu lagi sembari menangis. 


Jung Won akhirnya meraih tangan ibu dan menggenggamnya. 
“Bu”
“Ya”
“Janji, aku akan segera berkunjung lagi.”
“Benarkah? Kamu benar benar akan kembali?”
“Ya aku janji. Kami akan segera kembali.”
Ibu mengangguk angguk senang.
“Terima kasih”
Jung Won memuji Ma Ri, “Putri anda luar biasa. Dia sangat berani dan kuat.” Ibu kembali mengangguk sambil berujar, “Putriku sangat cantik. Dia berani dan kuat.”
“Ya”balas Jung Won “Anda pasti senang memiliki putri sepertinya.”
Ibu mengangguk lagi. Jung Won didepan pangkuan ibu, menggenggam tangan ibu berujar, “ kami akan kembali, jaga diri ya bu?”
“Kamu harus kembali lagi.” Pesan ibu. 
“Tentu saja.”  Jung Won berdiri, “Ku tunggu diluar.”katanya pada Ma Ri. Kemudian pamit pada ibu. Jung Won menunggu Ma Ri di luar. 


Ma Ri bersama ibu. 
“kamu berani dan kuat,” Ibu bicara pada Ma Ri dan mengulang ulang ucapannya. 
“Aku pasti akan berani dan kuat. Hanya dengan begitu aku bisa membalaa jasa dokter. Sayang sekali. Meski aku ingin melakukan banyak hal untuknya,aku tidak bisa.”
“Kamu ingin melakukan banyak hal untuk dokter itu?”
“Apa? Ya.”
“Pasti ada yang bisa kamu lakukan untuknya.”kata ibu sembari membelai rambut Ma Ri. “Aku lelah”kata ibu kemudian. “Baik bu tidurlah.” 
Perawat pun datang. 
“ Kamu sudah boleh pulang.”
“Baiklah.” 
Ma Ri meninggalkan kamar ibunya. 


Joo hae Ra dan Ha Sung Ho minum minum.Joo Hae Ra melamun, Ia kepikiran In Wook yang menelepon galeri ingin dia datang dan membuat kesepakatan bersama. Ia juga teringat nasehat Jung Won kalau ditelepon In Wook, dia harus memberitahu Jung Won kebih dulu. 


Ha Sung Ho yang melihatnya berujar, “Kenapa kamu seperti patung Rodin padahal ada orang duduk disebelahmu? Karena dokter Seo ya, Sudah kubilang akui saja perasaanmu. Cinta tidak akan tersampaikan kalau tidak kamu katakan. Hanya itu caranya. Dia tidak bisa membaca pikiranmu. Lagipula, Dokter Seo juga tidak tahu banyak soal cinta, kamu tidak punya saingan lagi. Peluangmu lebih besar.”


Joo Hae Ra menyahut, “Bicara apa kamu? Sainganku sekarang lebih kuat.”
“Saingan apa maksudmu? Mana mungkin ada saingan lebih kuat dibanding Woo Ha Kyung. Woo Ha Kyung satu satunya wanita dihadapan dokter Seo.”
“Dia memiliki wajah Woo Ha Kyung, tapi bukannya kejam dan cantik. Dia seperti cinderella bersepatu kets.”
“Ada wanita seperti itu? Siapa? 
Joo Hae Ra menatap Sung Ho, “Kenapa?”


Ha Sung Ho mengangkat gelasnya, “Karena aku mau mengencaninya.” Lalu minum. 
“Manusia memang tidak pernah berubah. Aku pergi.”kata Hae Ra sudah berdiri. 


“Aku bercanda.” Ha Sung Ho meyentuh ppunggung Hae Ra dan ia pun duduk kembali. 
“Belakangan ini terjadi sesuatu pada dokter Seo bukan? Dia memintaku mencari tahu tentang presdir kang. 
“Kamu tidak perku tahu.”kata Joo Hae ra sambil memijit mijit lehernya. 
“Aku perlu tahu saat kamu kalah melawan Woo Ha Kyung dan Jung Won tidak melihatmu sebagai wanita. Aku yang menemanimu.” Hae Ra menoleh .Sung Ho lanjut bertanya, “Ada apa dengannya? Aku perlu tahu agar bisa menolongmu.”
“Kalau kamu mau membantuku,bayar saja minumannya.” Kata Hae Ra ketus. Joo Hae Ra sudah melangkah keluar, Sung Ho memanggilnya. Tapi Hae Ra tidak menggubris. 


Hae Ra sampai di luar, ia menggerutu srndiri, mengesalkan sekali. Aku bisa gila karena kamu,Seo Jung Won, terserahlah, aku akan melakukan yang kuinginkan. Aku tidak peduli kalau wanita itu dalam masalah. 


EmoticonEmoticon