Rabu, 01 Mei 2019

SINOPSIS Love in Sadness Episode 15 PART 2

PS : All images credit and content copyright : MBC


Jung Won mengajak In Wook ke belakang kliniknya. Mereka naik ke rumah panggung. 
“Sudah kubilang jangan datang ke sini lagi.”ujarnya pada In Wook. 
“Langsung saja. Di mana istriku?”
“Jadi kamu mencari istrimu?”


In Wook tersenyum tipis dan terdiam. 
“Tapi kenapa kamu mencari istrimu di sini?”
“Direktur Woo Ha Kyung pulang setelah proses pemulihan panjang.”
“Lalu?”
“Kamu pasti masih mengingatnya. Hari istrimu pulang setelah dirawat selama lima tahun. Ada pasien di mobilmu. Malam itu hujan turun, jadi, mustahil kamu mengebut.”
“Apa maksudmu?”
“Hari itu, istriku hilang.”


In Wook mendekati Jung Won, “Tidakkah kamu ingat, malam itu seorang wanita berlari ke jalan.”


Jung Won terdiam namun dalam benaknya berkelibat memori saat hari hujan setelah pemakaman Ha Kyung ia menyetir dalam perasaan yang teramat sedih setelah kematian Ha kyung dan tiba tiba Ma Ri muncul ditengah tengah jalan menghentikan laju mobilnya. Dan saat itu dalam pikiran yang kalut karena rasa bersalahnya terhadap Ha kyung, Jung Won memutuskan untuk menolongnya. 


Jung Won dihadapan In Wook saat ini menyangkal. “Sayangnya aku tidak tahu apa apa tentang keberadaan istrimu.”


In Wook menatap Jung Won tajam. 


Jung Won berujar, “Aku turut bersedih soal istrimu, tapi kamu tidak bisa mengancam keluargaku tanpa bukti. Tolong hentikan. Ini peringatan terakahirku.”


Jung Won sudah melangkah akan pergi, In Wook memanggilnya, “Dokter Seo, dengarkan aku dokter Seo.”
“Jika memang kamu dan istrimu yang menyelamatkan istriku malam itu, bersiaplah kehilangan segalanya. Aku serius. Aku akan membuatnya terjadi.”ancam In Wook. 


Jung Won menoleh menatap In Wook dan membalas perkataan In Wook, “Apa kamu hanya bisa mengancam? Aku tidak mempercayai orang yang suka mengancam, tuan Kang In Wook.” Jung Won pun turun meninggalkan In Wook sendiri. 


In Wook mengawasi kepergian Jung Won dengan kesal. 


Jung Won menemui Hae Ra. “Aku yakin kamu sudah tahu.”
“Aku tahu Kang In Wook mendatangi tempat ibumu. Dan kamu pergi ke sana tepat sebelum operasi.”
“Jangan temui dia sendirian lagi.”
“Aku sendiri juga tidak mau. Dia tiba tiba masuk dan mengancamku.Jika dia tidak bertemu direktur Woo Ha kyung,dia akan mengakhiri kerja sama. Aku harus bagaimana? Kita harus mencari jalan keluarnya.”
“Serahkan kepadaku. Jangan khawatir.”


Hae Ra memegangi lengan Jung Won, “Sekali saja. Jika Ma Ri menemuinya sebagai Ha Kyung sekali saja.Keraguannya akan sirna.”pinta Hae Ra memelas. Jung Won belum membalas. 


Saku Jung Won bergetar lalu ia merogoh dan mengambil ponselnya “Aku baru mau meneleponmu. Ya. Baiklah. Baik. Sampai jumpa.”


Hae Ra bertanya, “Apakah itu Yoon Ma Ri? Jika kamu bertemu dengannya, minta dia menjadi Ha Kyung. Maksudku, dia harus menjadi Ha Kyung.”
Jung Won terdiam,sepertinya dia menyetujui ucapan Hae Ra,tapi sanggupkah ia memintanya pada Ma Ri? 


Jung Won tiba di tempatnya Ma Ri. Jung Won melihat Ma Ri begitu sebaliknya. Mereka saling mendekat dan melempar senyum. 
“Kamu mau makan apa?”tanya keduanya berbarengan. 


Ma Ri tersenyum lalu berkata, “Biar kutraktir makan malam. Aku mendapat uang.” Jung Won senang mengetahuinya


Sementara di ruang kerjanya In Wook sedang memeriksa laporan keuangan galeri Seni Kyung. Sung Wok melaporkan, “Kondisi keuangan galeri itu cukup buruk. Sepertinya dokter Seo menggunakan uangnya untuk menjalankan galeri.”
“Tahun lalu mereka kehilangan gedung itu.”
“Baiklah.”
“Galeri itu merugi selama lima tahun terakhir, tapi direktur Woo Ha Kyung berinvestasi besar besaran.”
“Sayang sekali mereka tergiur akan investasi semacam itu.”


Terdengar suara ketukan pintu. In Wook mempersilakan masuk. Oh cheol memasuki ruangan kemudian. Dan Sung Wook melirik Oh Cheol.
“Seperti instruksi anda,aku menemui tetangga Seo Jung Won. Dan mereka tidak pernah melihat istrinya.” ( kyknya Oh cheol ini cocok klo dipasangin sm Sung Wok,ya iyalah mereka sm2 kaki tangannya In Wook gtu, tp bnran mereka pas)


In Wook mendongak menatap Oh Cheol. 
“Terus cari tahu.”
“Baik, pak.”
Oh cheol sudah akn pergi lalu berbalik lagi, “Omong omong ada satu kejanggalan. Kurasa Woo Ha Kyung tidak tinggal di sana.”
“Apa?” In Wook nampak terkejut. 
“Menurut semua tetangganya,dia tinggal sendiri di rumah itu.”


In Wook makin curiga mendengar laporan Oh cheol tentang Jung Won. In Wook menyuruh Oh Cheol mengawasi rumah Jung Won 24 jam sehari. Oh cheol mengiyakan lalu meninggalkan ruangan. 


Jung Won dan Ma Ri makan direstoran. Seorang pelayan menghidangkan makanan. 
“Kelihatannya enak.”puji Jung Won. 
“Selamat menikmati.”
“Terima kasih.”
“Aku ingin mentraktirmu di restoran yang lebih bagus.” Kata Ma Ri
“Ini sudah cukup. Mari makan.”


Jung Won makan sambil bertanya sayang pada Ma Ri Jadi apa pekerjaanmu?”
“Katanya kamu mendapat uang. Berapa yang kamu dapat?”


Ma Ri menjawab, “Tidak banyak. Tapi aku menjual lukisanku untuk kali pertama. Aku sangat senang lukisanku terjual.”


“Aku dengar kamu mengambil jurusan seni,tapi aku baru tahu kamu masih melukis. Ini layak dirayakan.”
Ma Ri tertawa senang mendengarnya


Jung yang melihatnya pun ikut senang dan bernarasi, dia akhirnya mendapatkan hidupnya kembali. Ma Ri terlihat bahagia saat makan. 
“Apa rasanya enak?” tanya Jung won. 
“Ya.”
Jung Won ikut mencicipi makanannya. Jung Won mengambil ikan dipiring ia hendak mengupas dagingnya ,Ma Ri menawarkan diri membantunya tapi Jung Won tidak mau.


Jung Won melihat Ma Ri yang nampak bahagia ia bernarasi lagi, dia akhirnya mendapatkan hidupnya kembali. Dia akhirnya bisa menikmati saat saat bahagia. Mereka melanjutkan makan malam bersama dengan gembira.  


Jung Won mengantar Ma Ri ke rumah atapnya. Seperti biasa mereka jalan bareng melewati undakan. 


Jung Won hendak mengatakan sesuatu begitu juga Ma Ri. Keduanya jadi canggung. “ Kamu dahulu” pinta Jung Won. 


Ma Ri mengeluarkan hadiahnya dan memberikannya untuk Jung Won. “Dengan uang kuhasilkan untuk kali pertama akau ingin membelikan sesuatu untuk ibuku dan kamu.” Kata Ma Ri malu malu. 


“Kamu mentraktirku makan malam dan membelikanku hadiah.”
“Pendapatanku masih kecil, lain kali kubelikan sesuatu yang lebih bagus.”


Jung Won mengeluarkan hadiah pemberian Ma Ri dari tempatnya yang berupa syal dan langsung memasangkan di lehernya. “astaga ini hangat sekali.”
Ma Ri tersenyum melihatnya. 


Kemudian Jung Won mengulurkan tangan perlahan penuh dramatris di depan muka Ma Ri seakan mau membelai wajahnya .Ma Ri nampak malu malu dan senang, namun ternyata Jung Won Cuma mau menjumput kotoran di rambut Ma Ri. (yah penonton kecewa deh, aku kira Jung Won mau apa 😀)
Ma Ri bertanya,” Tadi kamu mau bilang apa?”


Jung Won diam hanya dalam hati, “Tetaplah bahagia seperti malam ini. Tanpa kekhawatiran dengan senyuman. 


Jung Won tertawa kemudian, dan berkata, “Aku lupa. Kalau ingat akan kuberitahu. Pulanglah.”
Ma Ri mengangguk. “Hati hati di jalan.”


Seorang lelaki tetangga bawah atapnya, melihat mereka. Kedua temannya menyusul. Si lelaki berujar, “Hei itu gadis yang kuceritakan.Dia tinggal di sini sendiri. Luar biasa bukan?” mereka pun cekikikan. 
“Hai pelankan suaramu.”
“Diam.”
“Hei”
Ma Ri melihat mereka dengan khawatir. 


Jung Won juga melihatnya lantas bertanya pada Ma Ri, “ Kamu mengenalnya?”
“Dia tinggal di bawah.”
Jung Won menggenggam tangan Ma Ri, dan menggandengnya ke atas. Ketiga lelaki melihatnya tak percaya. “Apa?”


“Hei dia datang.”
“Tunggu saja.”
“Coba kulihat.”
“Tunggu.”
“Tunggu saja, aku akan menunjukkannya pada kalian.”
“Tunggu.”


Ketika sampai diatas dengan sengaja Jung Won merangkul Ma Ri dihadapan mereka. 
“Aku pikir dia tinggal sendiri,”
“Aneh.”


Sampai di depan kamar Ma Ri, jung Won melepaskan rangkulannya. “Tunggu sebentar aku akan kembali.”
Jung dengan cepat turun ke bawah lagi,untuk mengambil sepatu dibagasi mobilnya lalu Jung Won berlari ke atas dan meletakkan sepatunya di depan kamar Ma Ri. 


“Biarkan sepatunya di sini untuk menunjukkan kamu tidak tinggal sendirian. Aku pulang dulu. Selamat malam.” Jung Won pamit pada Ma Ri mulanya Ma Ri diam sambil berpikir. Jung berbalik arah, tetiba Ma Ri memanggilnya. “Tunggu. Aku hanya punya kopi instan tapi apa kamu mau?”
Ternyata Jung Won tidak menolak. Ma Ri pun mempersilakannya masuk. Jung Won melihat sekeliling kamar Ma Ri sementara Ma Ri menyiapkan minuman. Jung Won memuji lukisan Ma Ri. “lukisannya indah. Semua ini hasil karyamu?”tanyanya saat Ma Ri datang membawa minuman. 
“Ya.”


Obrolan santai pun dimulai. 
“Semuanya lukisan bunga. Bunganya seakan akan punya perasaan. Bunganya lemah tapi kuat. Bunganya sedih tapi bersinar.Apa itu seperti perkataan Frida Kahlo.” Komen Jung Won. 
“Aku melukis bunga agar mereka tidak mati.”lanjut Ma Ri. 


Ma Ri yang sedari tadi  diam berkata, “Karena...aku tidak mau mati. Memar ditubuhku tampak seperti bunga warnanya kuning, merah, dan biru. Terkadang warnanya ungu dan merah marun. Dengan pemikiran seperti itu aku melukis bunga. Berharap seseorang akan melihatnya. Berharap seseorang akan mengerti bahwa aku butuh pertolongan. Bunga itu isyaratku untuk meminta pertolongan. Tapi suamiku tak pernah mengizinkanku menunjukkannya kepada orang lain. Jadi, tak ada seorang pun yang menerima isyaratku. 

“Aku sangat senang sekarang. Aku bisa melukis kapanpun aku mau. Dan menunjukkannya kepada orang lain. Aku bisa hidup dengan penghasilan yang kudapat dari lukisanku. Ini saat paling membahagiakan dalam hidupku. Dan semua ini berkat kamu. Terima kasih banyak. Karena sudah memberiku saat saat yang berarti. Jung Won tersenyum. Ma Ri lanjut bicara, “Sebenarnya aku  menyerahkan lukisanku ke galeri Seni Kyung. 
“Galeriku? Istriku dahulu mengelola galeri itu. Hae Ra mengelolanya sejak istriku meninggal.”
“Aku pikir gedungnya hanya kebetulan sama.”


Jung Won tanya lagi, “Yang mana lukisanmu?”


“Kamu sudah melihat lukisannya? Itu lukisanku. Itu potret diriku sendiri.”


Jung Won tertawa, “Ternyata kamu. Aku mencarimu. Aku tidak menyangka. Akulah yang memilih lukisanmu untuk penghargaan pelukis pemula.”
“Apa? Kamu orangnya?”
“ya aku orangnya.”
Ma Ri tertawa. 
“Aku senang bisa menemukan pelukis lukisan cistus. Aku mencarimu karena kupikir kamu akan menyelamatkan galeri.”
“Kamu pasti menghargai galeri senimu.”
“Galeri itu berharga bagiku.Galeri dan lukisanmu.”
Ma Ri tersenyum mendengarnya


In Wook menatap lukisan laut milik Ma ri. Lalu mengacungkan kuas di depan lukisan sembari mengingat lukisan bunga cistus di galeri seni kyung. Ia bergumam sendiri, aku yakin ada sesuatu di galeri itu dan pasangan yang berkendara pada malam itu. Dan Ma Ri ada diantara mereka. Kemudian In Wook mematahkan kuasnya jadi dua. 


Jung Won berkata cistus artinya “Esok aku mau mati.”
Ma Ri diam tak membantah. Karena itu judulnya, “Potret Diri Sendiri.”


MaRi, “Itulah yang kurasakan setiap hari. Aku melukis tubuhnya yang memar dan jiwaku yang terluka saat itu.”


In Wook masih di ruang lukis Ma Ri,sambil menatap lukisan laut Ma ri, berujar, Ma Ri, Aku pernah bilang Petak umpet tidaklah asyik. 


EmoticonEmoticon