Rabu, 01 Mei 2019

SINOPSIS Love in Sadness Episode 16 PART 1

PS : All images credit and content copyright : MBC


Jung Won pulang ke rumah tengah malam, ia membuka pagar rumahnya dan masuk, ia menoleh sebentar,namun tak tahu jika Oh Cheol mengintai dari balik pohon dengan kamera ala paparazzi. 


Oh cheol mengeluarkan ponselnya dan melapor pada In Wook,  bahwa Seo Jung Won baru saja memasuki rumahnya sendirian. 


Ma Ri sedang melukis,ia berhenti sejenak untuk mengingat Jung Won, Kamu orang pertama yang menyadari isyarat permintaan tolongku. Ma Ri pun tersenyum. (nih tanda2 org lg jth cinta) 


Sementara Jung Won di kamarnya juga tampak senang. Ia melepas syal pemberian Ma Ri. Ia bicara dalam hati, Agar potret dirimu tidak lagi menderita... Agar bunga yang bahagia mekar di lukisanmu, bukan lagi bunga yang sedih. Aku akan melindungimu. (tuh kn kyknya mereka jth cnta deh) 


Jung Won menemui Joo Hae Ra di galeri. Muka Jung Won tampak berseri seri. 
“Apa?Kamu menemukan siapa?”tanya Hae Ra. 
“Pelukis pemula berbakat yang kita cari selama ini.”
“Pelukis berbakat?” Hae Ra masih belum nyambung. 


Jung Won menunjukkan print lukisan bunga cistus pada Hae Ra. 
“Aku menemukan seniman yang kita cari selama ini.”
“Benarkah? Bagaimana Bagaimana bisa?  Siapa dia?”tanya Hae Ra antusias. 
“Dia Yoon Ma Ri.”
“Apa?”
“Yoon Ma Ri. Apa kamu terkejut? Aku juga.”
“Tidak. Tidak mungkin dia.”
“Aku juga tidak percaya. Kita mencarinya tapi ternyata dia didekat kita.”


Joo Hae Ra yang kelihatan ragu mulai bertanya tanya ” Kamu tahu dari mana? Apa kamu yakin soal itu? Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa dia diam saja selama ini?”
“Pelan pelan bertanyanaya.”


Beralih ke Ma Ri yang sedang melipat baju yang dibelinya bersama syal Jung Won. Lalu memasukkan ke tas besarnya. Ma Ri bersiap pergi, ia keluar  dan melihat sepatu Jung Won. Ma Ri mengambil sepatu Jung Won dan menyimpannya di dalam rumah. 


Kembali ke Jung Won Hae Ra. 
“Dia punya lukisan lain?”tanaya Hae Ra meyakinkan. 
“Dan lukisannya sangat bagus. Cukup untuk menjadi seniman bintang galeri kita.”
“Apa ini berarti presdir Kang tahu  siapa yang melukis lukisan cistus itu? Karena itu dia mencurigai kita karena lukisannya ada di galeri kita. Apa kamu meminta Ma Ri menjadi Ha Kyung?”
“Aku sudah menolaknya.Jangan dibahas lagi.”


Jung Won mengarahkan pandangannya pada lukisan bunga cistus di samping mereka sembari mengetuk ngetukkan jarinya di meja. Ia berujar, “Bagaimana kalau kita memamerkan lukisannya?”
“Bagaimana jika presdir Kang menyadarinya?”tanya Hae Ra ragu
“Aku sedang mencari cara untuk membebaskannya sepenuhnya.” Kata Jung Won enteng. 


Hae Ra marah mendengarnya. Ia sampai bangkit dari duduknya. 
“Jung Won. Sudah cukup. Itu tidak mendesak. Selamatkan galeri, jadi kita bisa memamerkan dan mengorbitkan seniman.”
“Biarlah galeri kita tetap kecil. Kita tidak perlu cemas selama kita tidak tamak.”balas Jung Won santai. Joo Hae Ra masih cemas. “Apa kamu sadar siapa lawan kita?”
“Jangan khawatir. Aku akan mencari cara untuk mengatasi ini.” Jung Win berdiri. “ Fokus saja mengelola galeri.”lanjutnya. Jung Won pun meninggalkan Hae Ra yang memanggilnya namun tak dihiraukan Jung Won. 


Hae Ra meremas kertas print lukisan bunga cistus, Hae Ra kesal dibuatnya. 


Ma Ri menemui ibunya, dan memakaikan baju yang dibelikannya. 
“Hangat bukan?”
“Ya,terima kasih.”
“Mulai sekarang aku akan membelikan makanan enak dan barang yang bagus untuk ibu. Aku bisa menghasilkan banyak uang sekarang.”  Ma Ri memeluk ibunya,”Tunggulah sebentar lagi bu,”
Ibu tersenyum. “Aku akan memindahkan ibu ke tempat yang lebih nyaman.”


Ibu tiba tiba bertanya, “ Kenapa kamu tidak datang dengannya?”
“Apa?”
“Kenapa kamu tidak datang dengannya,kamu bilang akan mengajaknya kemari.”
“Apa ibu menunggu dokter Seo? Dia ingin ikut menjenguk ibu, tapi ibu tahu dia sibuk. Jadi aku tidak bilang dan datang sendirian.”
“Dia pria yang baik. Pria yang baik.”
“Benar.”
“”Benar. Dia sangat baik.”


Ibu membelai rambut Ma Ri seraya berkata “Dia berjanji akan menjenguk ibu lagi.”


Ma Ri menggenggam tangan ibu dan mengangguk lalu tersenyum haru. 


Di kamar kerja In Wook. In Wook menatap keluar jendela sambil memegangi kertas yang sepertinya tentang penyelidikan galeri seni Kyung. In Wook beralih ke meja yang terdapat rekaman cctv rumah Jung Won. Di layar televisi tampak Jung Won yang membuka pagar rumahnya. In Wook mengawasi agak menjauh sedikit. Ia bicara sendiri, Seo Jung Won selalu sendirian. Dan Woo Ha Kyung tidak pernah keluar rumah. Aneh. Sangat aneh. In Wook sepertinya mulai curiga. 


Joo Hae Ra bicara dengan asistennya, “Ingatkan tuan Park tentang jadwal pameran. Periksa juga bagaimana progres lukisannya.”


“Itu... Dia sudah menelepon dan ingin mempertimbangkan kembali pamerannya.”
“Apa?”
“Menurut rumor,bekerja sama dengan galeri kita berbahaya dan dia khawatir karena hal itu.”


Hae Ra yang lagi bingung bingungnya ditelpon In Wook. 
“Halo presdir Kang”
“Besok aku akan datang ke galerimu pukul 15.00.
“Apa?”
“Pastikan direktur Woo datang ke kantor besok.” Hae Ra belum sempat menjawab, telepon dimatikan. “Halo pak” Hae Ra tambah galau.


In Wook masih mengawasi bayangan Jung Won di cctv, ia kemudian  menggerakkan pulpen di tangannya seolah mencoret layar tv dengan pulpen. (anh bgt ni org,mksdnya apa cb) 


Ha Ri berganti malam, Ma Ri akan meninggalkan sanatarium,ia melewati halaman sanatarium, namun sepertinya ia bersedih, Ia menangis sendiri. 


Ma Ri di halte menunggu bus. Ia ditelepon Joo Hae Ra. “Halo nona Yoon. Ini Joo Hae Ra.”


Hae Ra menunggu Ma Ri dengan dua cangkir teh di atas meja. 


Ma Ri datang kemudian. Ma Ri celingukan mencarinya, sedang Hae Ra melihatnya. 


Hae Ra bicara dalam hati, Aku tidak menyangka dia yang melukis cistus itu. Dia menggunakan wajah Ha Kyung dan jauh lebih berbakat daripada Ha Kyung. 


Ma Ri memberi salam pada Hae Ra lalu duduk. 


Hae Ra, “Aku memesankan teh untukmu.”


Ma Ri, “Ada urusan apa kamu ingin bertemu denganku?”


Beralih ke In Wook yang lagi minum sendirian.In Wook sepertinya frustrasi.


EmoticonEmoticon