Jumat, 03 Mei 2019

SINOPSIS Love in Sadness Episode 17 PART 2


Penulis Sinopsis: Lavender
All images credit and content copyright: MBC

Jung Won mengenang saaat Ha Kyung koma di sana. 


Ibu dibelakangnya berkata, “Ibu belum menyentuh kamar tidurmu karena barang barangnya masih di sana,” “album fotomu di sini. Begitu pula buku buku dan puisi puisimu.Ambilah.” lanjut ibu kemudian mengangkat kardus dibawah tempat tidur dan menyerahkannya pada Jung Won. 


Jung Won meletakkan kembali kardusnya. Ibu yang melihatnya berkata, “Kamu kurus sekali. Ibu tahu ini sulit tapi mau bagaimana lagi? Kita harus kuat dan melanjutkan hidup. Kalau kamu masih belum bisa melepaskan Ha Kyung, berhentilah. Bukan cinta kalau terus mempertahankan. Merelakan juga satu bentuk cinta.”  Jung Won terdiam mendengar nasehat ibunya. Ia mengambil salah satu figura foto dirinya bersama Ha Kyung. 


Kembali ke In Wook dan Ha Kyung palsu. 
“Akhirnya kita bisa bertemu secara pribadi.” Sapa In Wook. 
“Aku selama ini fokus mengerjakan urusan pribadiku. Maaf tidak bisa menemuimu.” Balaa Ma Ri yang kemudian terngiang ucapan Joo Hae Ra, sebelum menandatangani, dia meminta beberapa lukisan untuk lobi kantornya. Perlihatkan padanya dan tanda tangani kontrak itu. 


Ma Ri memperlihatkan daftar lukisan pada In Wook. 
“Ini daftar lukisan rekomendasi untuk lobimu. Silahkan lihat dahulu.”
“Aku ingin melihatnya sendiri, dipajang bukan?” In Wook langsung berdiri sebelum Ma Ri sempat menjawab. Ma Ri tak bisa mengelak. 


Ma Ri mengekor dibelakang In Wook. 
Ma Ri mengekor dibelakang In Wook. Joo Hae Ra yang sedang bersama pelanggan lainnya kebetuln melihat mereka lalu menghampiri. 


“Maaf anda sepertinya cukup melihat dokumen saja.” Tegur Hae Ra halus. 
“Aku ingin menikmatinya dengan tenang. Kosongkan tempat ini.” In wook menimpali. Ma Ri sampai memejamkan mata mendengarnya. 


Joo Hae Ra protes, “Tapi...” Hae Ra sudah akan maju, tapi Ma Ri meghentikannya. 


Ma Ri menawarkan, “Bagaimana kalau kita melihat lihat setelah pelanggan pulang saja?”
In Wook seperti biasa berkuasa, “Kurasa hari ini kamu harus menutup galeri. Akan kubayar seharga setahun.”
Ma Ri sepertinya tidak setuju namun mencoba tersenyum. Joo Hae Ra terperangah mendengarnya. Ia menoleh pada Ma Ri meminta persetujuan dan Ma Ri mengangguk. Joo Hae Ra seperti tak suka melihatnya tapi ia tak punya pilihan lain. 


Joo Hae Ra terpaksa menngusir secara halus pada para pengunjung. “Permisi,maaf,semuanya ada hal mendesak di galeri ini dan kami harus tutup hari ini. Silakan kembali lagi di kesempatan betikutnya. Pintu keluarnya disebelah sana. Maaf. Maaf. Maaf.”


Setelahnya Hae Ra kembali pada Ma Ri dan In Wook. 
“Wakil direktur Joo,kamu juga harus pergi.”  Joo Hae Ra lagi lagi menoleh pada Ma Ri minta persetujuan dan Ma Ri tersenyum tipis. Joo Hae Ra meninggalkan mereka. 


Kini tinggalah  Ma Ri dan In Wook berdua saja. 
“Akhirnya tenang,” ujar In Wook. Ma ri hanya menanggapi dengan senyuman.
“silakan mulai.” Perintah In Wook. Ma Ri diam memandang In Wook. 


Jung won lagi ngeteh bareng Ibunya. Ibu memperhatikan Jung Won yang nampak murun, “Ada apa sampai kamu sulit sekali mengatakannya?” Jung Won menatap ibunya, “maafkan aku bu. Aku sudah melakukan hal yang sangat buruk.”  Jung Won kembali menundukkan muka, ibu menatapnya keheranan. 


Di galeri Ma Ri menunjukkan sebuah lukisan pada In Wook, “Ini lukisan kedua yang kurekomendasikan.”


In Wook memperhatikan dari belakang. Tapi In Wook lebih fokus melihat leher Ma Ri. 
“Komposisi dan warnanya unik. Belakangan ini cukup populer.”tambah Ma Ri. 


Ma Ri sepertinya tahu jika In Wook terus melihatnya,Ma Ri mulai ketakutan. Ma Ri menautkan jari jarinya tangannya erat. In Wook menatapnya tajam. Ma Ri mengelus lehernya sendiri dan mencoba bersikap tenang. 


Jung Won sepertinya telah jujur pada ibunya. “Apa yang kamu katakan? Kamu lakukan apa dengan wajah Ha kyung. Bisa bisanya kamu melakukannya?” ibu mengelus dada dan menangis. Jung Won juga menangis tertunduk. 


Balik ke Ma Ri. 
“Sejauh ini aku sudah menjelaskan lima lukisan. Sudah cukupkah?”
“Silakan lanjutkan. Aku perlu lebih banyak.”
Ma Ri tersenyum pada In Wook. Dan berjalan lagi melihat lihat lukisan di galeri. In Wook melirik curiga pada Ma Ri. 


Ma Ri berjalan lebih dulu seraya memegangi lehernya yang berkedut. 


Perlahan syal  yang dipakai Ma Ri terlepas dan jatuh terkulai.


In Wook yang melihatnya bergegas meraihnya dan gerakannya seolah menarik Ma Ri. Seketika Ma Ri menoleh  kaget.


Ma Ri ketakutan. In Wook menatap tajam  dan mendekati Ma Ri. In Wook menarik  syal Ma Ri hingga terlepas dan terlihat lehernya. Itu mengingatkannya akan bentuk leher istrinya.


Ma Ri menunduk memegangi lehernya takut ketahuan sedang In Wook masih menatapnya. 


Ma Ri mencoba tenang kembali. “Bisa kembalikan syalku?” In Wook menyerahkan syalnya. Ma Ri memakainya menutupi lehernya dan ia berterima pada In Wook. 


In Wook masuk toilet. Ia menangis mengenang Ma Ri (sbr kang) In Wook lalu mencuci wajah dan merapikan rambutnya lagi. 


Jung Won pergi ke makam Ha Kyung. Jung Won meletakkan bunga di pusara Ha Kyung. Jung Won berdiri di sana dengan mata terpejam. Jung Won memanggil Ha Kyung dalam hati, Ha kyung.. Di hari aku menguburmu di sini, aku merasa hatiku tercabik cabik. 


Jung Won teringat masa lalunya, saat itu Jung Won masuk kamar dan memergoki Ha Kyung berteleponan dengan pria lain. 

Ha Kyung, “aku tidak bisa keluar sekarang. Sudah tengah malam, kenapa begini? Tentu saja aku merindukanmu tapi aku tidak bisa pergi sekarang. Kamu seperti anak kecil saja. Memangnya kamu harus mendengarnya? Baiklah. Akan kukatakan. Sayang. Puas? Aku mencintaimu. Kamu puas? Ya, ampun.”  Jung Won cemburu. Aku ingin menanyaimu dengan siapa kamu bicara. Aku ingin menanyakan ada hubungan apa kamu dengannya, tapi aku takut, lantas tidak kutanyakan. Jung Won hanya bisa menangis. 


Alasan yang ingin kudengar darimu dan harapan untuk memulai semuanya dari awal. Semuanya terkubur di sini, bersamamu. Ha kyung hal yang menyakitiku, adalah wajahmu bisa menyembunyikannya. Aku memberikan wajahmu pada wanita itu. Bayangan Ha kyung melintas kemudian saat Ha kyung membaui bunga rosamary ungu dan bergaun ungu, kemudian Ha kyung akan pergi,dan Jung Won memanggilnya. Bayangan Ha kyung pun sirna. 
Ha Kyung, Banyak sekali yang ingin kuatakan padamu dan banyak sekali yang ingin kulakukan bersamamu,karena itu kuberikan wajahmu. 


Kembali ke Ma Ri yang menjadi Ha Kyung. 
“Kamu sudah melihat semua lukisan di sini.”
“Hanya ini?”tanya In Wook kemudian brrjalan melewati Ma Ri. “Rupanya tidak sebanyak yang kuduga.” Komentarnya. 
“Maaf, kalau begitu, bisa sekarang kita ke kantor?”pinta Ma Ri. Ma Ri sudah melangkah, In Wook menghentikannya. “Ada satu hal lagi. Aku ingin membeli “Potret Diri” yang kulihat waktu itu.”


Ma Ri berbalik menghadap In Wook. “Aku tidak yakin lukisan mana yang kamu maksud.”
“Lukisan cistus. Aku yakin nama pelukisnya....Leah.”
“Lukisan itu memenangkan kompetisi. Kurasa kami tidak bisa menjualnya.”
“Aku ingin tahu lebih banyak tentang si pelukis.”
“Sayangnya aku tidak bisa menghubunginya. Maaf.” Ma Ri berbalik membelakangi In Wook. 
“Kalau begitu, Yoon Ma Ri. Aku tahu.”kata In Wook sembari mendekati Ma Ri. 
“Entahlah. Kurasa itu bukan nama si pelukis.” Sanggah Ma Ri. 
“Itu nama pelukis yang kucari. Yoon Ma Ri.”kata In Wook memancing. 
“Kalau kamu sendiri mengenalnya,kami akan berusaha menguhubunginya.” Lanjut Ma Ri kemudian tersenyum pada In Wook dan meninggalkannya. In Wook hanya bisa melihatnya pergi. 


Balik ke Jung Won yang masih di depan pusara Ha Kyung. Jung Won dalam hati, Aku akan berusaha keras melindunginya, aku akan berusaha menjaga hidupnya, aku tidak mau menyesal lagi.  Dan Jung Won meninggalkan makam Ha Kyung.


In Wook mengawasi Ma Ri yang berwajah Ha Kyung dengan seksama. 


Diperhatikan seperti itu membuat Ma Ri mengingat masa lalunya, In Wook saat itu sedang mengancam Ma Ri, “Dibalik kepolosan itu, matamu menyembunyikan ketakutan,  termasuk pengkhianatan yang membuatku gila. Matamu seolah mengatakan kamu berencana melarikan diri dariku suatu hari nanti.” Kilas balik selesai. 


In Wook membaca berkas kontraknya lebih dulu. Lalu meletakknnya di atas meja di halangan Ha Kyung. 
“Sebelum aku datang ke sini. Aku sudah menggali aktivitas dan perporma masa lalumu.” Kata In Wook kemudian. Ha kyung menyiapkan stempel. Dan In Wook heran melihatnya. “Banyak orang menandatangani kontrak dengan nama mereka tapi kamu membawa cap.”sindir In Wook. 
“Kurasa kamu senang menginvestigasi sebelum menandatangani kontrak.”balas Ma Ri datar. 
“Itu kunci kesuksesan berbisnis.”
“Cap ini merupakan ukiran pertama yang kubuat begitu aku pulih. Cap ini sangat berharga bagiku. Karena aku seperti memulai kembali hidupku.” Ma Ri beralasan. 
“Kurasa kontrak ini juga berarti bagimu.”
“Cap ini cocok sempurna dengan kontrak ini.”


Ma Ri memberi stempel pada berkas kontrak. 


Jung Won masih di perjalanan membawa serta barang kenangannya bersama Ha Kyung. 


Pertemuan selesai. In Wook memberikan tangannya untuk bersalaman, Ma Ri awalnya ragu namun Mereka saling berjabat tangan kemudian. 
“Kita selesaikan dengan bersalaman.” “Sekali lagi terima kasih atas kerjasama Grup gunha.”


In Wook masih menatap Ma Ri, ia bergumam, “matamu sangat tidak asing. Beritahu apa yang kamu sembunyikan dariku.”


Dibalas oleh Ma Ri dalam hati, “Kamu tidak akan pernah tahu siapa aku sebenarnya.” Ma Ri tersenyum mengejek pada In Wook. 


Mereka keluar dari kantor Ha Kyung dan akan menuju lift bersama sama. 


In Wook  berkata, “Kamu tahu kalau aku mencari istriku,bukan?”
“Ya.”
“Aku akan menemukannya dimanapun dia berada.” Ma Ri mengepalkan tangan namun ia mmembuka kembali tangannya dan menautkan di depan perut. “Sebagus apapun persembunyiannya pasti akan kutemukan.”lanjut In Wook. 


Ma Ri menggenggam tangannya sendiri yang bertaut semakin erat. “Semoga kamu segera menemuknnya.” Ujara Ma Ri sembari tersenyum pada In Wook. 


Pintu lift membuka, Sung Wook muncul menngingatkan In Wook untuk segera ke kantor karena pimpinan mencarinya. Di depan pintu lift In Wook setengah mengancam pada Ma Ri, “kalau saja kamu mengenal istriku, tolong beritahu dia. Kami akan segera bertemu.”   In Wook melangkah ke hadapan Ma Ri. Ia masuk ke dalam lift. Ma Ri memberi salam. 


Pintu lift tertutup kemudian. Ma Ri tetiba lunglai dan hampir ambruk.


EmoticonEmoticon