Minggu, 05 Mei 2019

SINOPSIS Love in Sadness Episode 19 PART 1


Penulis Sinopsis: Lavender
All images credit and content copyright: MBC

Jung Won di dalam taksi, memandang keluar, dan sambil berpikir, perasaanku padanya.. Mungkin.. bisa jadi aku ingin memulai lembaran baru. 


Ma Ri menangis sendiri di kamar kostnya mengenang semua kebaikan Jung Won padanya. 


“Episode 19 Aku Ingin Menyelami Isi Hatimu”


Ma Ri berganti pakaian kasual seperti biasanya,dia sedang melipat syal Ha Kyung. 


Ma Ri dikejutkan suara orang yang tetiba memanggilnya. Ma Ri ini aku. 


Ma Ri membukakan pintu dan tara... Jung Won berdiri di hadapan Ma Ri dengan wajah bersalahnya. “Itu kesalahan bahwa aku memanggilmu Ha Kyung. 


Ma Ri hanya memandang Jung Won tak dapat berkata kata. 


Ma Ri dan Jung Won jalan jalan malam sambil ngobrol. 
“Tentang Hae Ra. Terkadang dia terlalu bersemangat dan membuat kesalahan. Tolong maafkan dia.”
“Itulah yang ingin kukatakan. Maaf aku tidak memberitahumu.”
“Dan saat aku melihatmu...”


Tiba tiba terdengar lonceng sepeda berdering dan seseorang bersepeda kencang lewat begitu saja dan hampir menabrak Ma Ri. Untunglah Jung Won sigap menarik tubuh Ma Ri hingga tak tertrabak sepeda. 


Kini posisi mereka seperti berpelukan. Dan saling menatap. 


Canggung, Ma Ri melepaskan pegangan Jung Won. Dan Jung Won berkata lagi, “Alasanku memanggilmu Ha kyung  tadi karena aku mengunjungi makam istriku hari ini. Aku memendam kebencian mendalam di dalam hatiku karena perasaan itu. Aku tidak sengaja mengucapkan nama Ha Kyung.”


Ma Ri membalas dengan senyuman lalu berkata, “ Kurasa kamu sangat mencintai istrimu.”
“Ya.”
“Aku senang mendengarnya. Aku tidak ingin kamu merasa bingung saat kamu menatap wajahku.”


Jung Won bicara lagi, “Sejujurnya, aku bingung. Perasaanku padamu. Aku tidak yakin. Jadi aku ingin menyelami perasaanku.”


Hae Ra keluar dari galeri ketika malam tiba, ia masuk mobil, dan mengambil ponselnya. Hae Ra ingin menghubungi seseorang sepertinya Jung Won tapi iq urung melakukannya. Ia pun melajukan mobilnya. 


Mobil merah HaeRa berhenti di depan rumah Jung Won. Dan ia menangis di sana. 


Hae Ra melihat Jung Won yang baru pulang. 


Hae Rq bergegas keluar mobil untuk menyusul Jung Won. 


Jung Won berbalik menghadap Joo hae Ra,Jung Won melihat dengan pandangan aneh pada Hae Ra yang berkaca kaca. 
“Kurasa aku harus mengatakannya padamu.” Hae Ra memelas. “Kamu selalu memperhatikan satu orang dengan hati yang sama. Jadi, aku tidak berani mengutarakqn perasaanku. Tapi... Ha kyung sudah tiada. Jadi,aku...Hae Ra terdiam sejenak, kemudian lanjut, “Kurasa aku bisa mengutarakan ini sekarang.”


“Aku jatuh cinta padamu. Aku bahkan mencintaimu sebelum Ha kyung. Kamu hanya menganggapku sebagai adik atau mitra bisnis yang mengelola galeri denganmu. Tapi aku...”
“Aku akan berpura pura tidak mendengarnya. Kita berdua menderita belakangan ini.”kata Jung Won seperti tidak peduli. 


Jung Won berbalik akan pergi tetapi Hae Ra memeluknya dari belakang. 


“Aku mencintaimu. Aku jatuh cinta padamu Jung Won. Aku sangat mencintaimu.” Ungkap Jung Won. 


Hae Ra semakin mengeratkan pelukannya. 

Jung Won maju selangkah tapi Hae ra menariknya kembali. 
“Aku sudah lama merasakan ini. Sejak saat kita pertama bertemu sampai sekarang. Selama ini.”


Jung Won melepaskan pelukan Hae Ra. 


Jung Won, “Hae ra, kamu teman sekaligus keluargaku. Behitulah kamu sejak awal dan aku menganggapmu begitu selama ini. Dan itu tidak akan berubah di masa depan. Aku akan melupakan tentang hari ini. Tapi jika kamu mengungkitnya lagi aku tidak akan bisa bertemu denganmu lagi. Aku tidak ingin kehilangan teman baikku.”


Hae Ra,bertanya tanya “kenapa tidak boleh? Kenapa aku tidak boleh mencintaimu? Karena aku bukan Ha Kyung? 


“Ha kyung sudah tidak ada...Dia sudah meninggal. Tapi kamu masih menginginkan ha kyung. Apa ha kyung segalanya bagimh?”


Jung Won tak menjawab malah meninggalkan HaeRa sendirian. 


Hae Ra kembali menangis di dalam mobil. 


In Wook yang minum minum di depan api unggun melihat mereka dari ponselnya. 


In Wook terdiam dan sepertinya berpikir untuk membuat rencana baru. 


In Wook sudah berada di mobil, ia bicara pada sopirnya. 
“Buatlah janji makan malam dengan Joo Hae Ra secepatnya.”
“Bisakah kita mempercayai wakil direktur Joo Hae Ra?”
“Firasatku berkata demikan,” sembari mengetuk kaca mobil In Wook lanjut bicara, “Itu seperti petunjuk dari malaikat untuk menemukan Ma Ri...Tapi itu juga seperti petunjuk sesat yang membingungkanku. Kita lihat saja entah dia teman atau lawan kita atau dia mungkin mata mata.”


Jung Won dikantornya sedang mempelajari berkas kontrak galeri seni kyung dengan grup Gunha. 


Sung Ho masuk ke  ruangan Jung Won. 
“Operasinya berjalan baik.”
“Tentu.”
“Sementara kamu berfokus pada operasi rekonstruksi. Aku menghasilkan keuntungan untuk kita. Kamu tahu bukan?”
Sung ho memuji diri sendiri. 


Jung Won tertawa. “Alasan aku memanggilmu...”


, “Kamu ingin  mengatakan sesuatu. Tentang presdir kang in Wook. Aku merasa aneh saat kamu memintaku menyelidikinya. Ada masalah apa? Kenpa dia datang kemari untuk menemuimu?”


Jung Won bertanya pad Sung ho, “ presdir Kang in wook akan datang menemuimu lagi? Tolong jangan katakan apapun tentang Ha kyung.”
“Ada apa ini?” Sung ho penasaran. Jung terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, “berikan aku waktu sedikit lagi. Untuk memberitahumu tentang ini.”
“Baiklah. Tapi jangan biarkan aku menunggu terlalu lama.
Aku mencemaskanmu.”
“Terima kasih.”
“Aku pergi dahulu.” SungHo melirik ponsel JungWon yang bergetar diatas meja. Ia oun pamit. 
“Halo.” Jung  won mengangkat teleponnya. 
“Ini Kang In Wook.”
“Aku baru akan meneleponmu.”


In Wook diseberang. 
“Yayasan budaya grup gunha bermitra dengan galeri seni kyung. Mari makan malam untuk merayakannya.”
“Tolong lupakan tentang kerjasama ini.”pinta Jung won kalem. 
“Apa maksudmu?” in wook sedikit terkejut. “Aku sudah membicarakan ini dengan direktur Woo ha kyung.”
“Kami sedang berusaha membatalkan kontraknya. Nanti kuhubungi lagi.”tambah jung won. 
“Aku akan bicara dengan direktur Woo tentang...”
“Galeri kami tidak tertarik bekerjasama dengan grup gunha. Aku tutup  teleponnya.”
In Wook nampak kesal. 


Hae Ra sedang dandan cantik,dia teringat perkataan jung won yang menganggapnya teman sekaligus keluarga, begitulah sejak awal dan jung won menganggapnya begitu selama ini. Dan begitu selamanya. Hae Ra terlihat kesal. Ia pun bernarasi, jika aku bunga aku akan menyimpan banyak arti. Aku akan berarti cinta yang kekal atau ambisi heroik.itu bahasa bunga yang kuharagai seperti hidupku sendiri. 


Joo Hae Ra masuk ke sebuah restoran disambut pelayan,ia lanjut bernarasi, Bunga cinta yang selalu mekar akhirnya gugur dan hanya duri yabg tersisa. Duri itu akan menusuk hatiku dan hatimu. 


Hae Ra diantar menemui In Wook .dia pun memberi salam pada In Wook. 
“Aku hanya wakil direktur. Ada apa ingin bertemu denganku?”
“Aku tidak bisa membiarkanmu saat kamu ingin sendiri. Ayo masuk.”


Joo   Hae ra mengikuti In Wook dan dipersilakan duduk. 


Hae Ra telah duduk, dan dalam hati berkata, jangan salahkan aku, jung won. 


Hae Ra memulai obrolan, dengan ceria ia berkata, “Galeri Seni Kyung adalah impianku. Satu satunya impian yang kuwujudkan dalam hidupku. Bukan Woo ha kyung, tapi aku yang mewujudkannya.”
“Kamu pasti sangat ingin menandatangani kontraknya.”
“Tidak mungkin.” Hae ra meneguk minumannya. 
“Itu mengejutkan.”  


In Wook mengambil gelasnya di meja lalu bersulang untuk hae ra. “ menurutku, kamu tidak akan puas dengan galeri kecil itu. Daripada galeri seni kyung kecil itu, aku bisa menjadikanmu direktur terbesar di negara ini. Jika kamu bekerja sama denganku.”


Hae Ra mengelak,” Anda salah paham tentangku. Aku tidak mau, jika bukan galeri seni kyung. In Wook tertawa. 
“Aku kecewa kukira kamu punya ambisi besar.”lalu In Wook minum lagi. 
“Aku punya ambisi besar. Aku ingin membuat galeri seni kyung menjadi galeri terbesar di negara ini.”
“Kamu setia. Aku suka itu. Jadi, kamu tidak mau galeri lain?”
“Benar. Tidak mau. aku mengawali karierku di galeri seni terbesar, aku tidak akan menolak.” In Wook bersulang untuk hae ra dan menatapnya penuh arti. 


EmoticonEmoticon