Minggu, 05 Mei 2019

SINOPSIS Love in Sadness Episode 20 PART 1


Penulis Sinopsis: Lavender
All images credit and content copyright: MBC

Akhirnya mereka makan malam bersama In Wook. Hanya in Wook yang makan dengan lahap. Ma Ri Cuma minum air. Sedang jung won mengiris daging yang terdengar amat keras. 
“Kalian berdua tampak serasi.”puji in wook basa basi. 
“terima kasih. Semoga kamu juga bahagia dengan keluargamu.”balas jung won. 
“Aku berharap begitu, tapi istriku menghilang di jalan di malam hari. Hilang begitu saja.”
“ Aku turut bersedih.”
In wook tersenyum, “ini tidak akan lama. Dia akan segera kembali.”


“Omong omong wanita sulit dipahami, Aku memberikannya cinta tapi dia tidak sadar, menurut kalian kenapa istriku seperti itu?”


Ma Ri angkat bicara, “Mungkin itu bukan cinta, jika kamu mencintainya dia pasti merasakan ketulusanmu.” Jung Won menoleh pada Ma Ri. 


In Wook tersenyum tipis, “Istriku rapuh. Dia seolah olah akan pergi entah ke mana, jadi aku mencoba melindu ginya dan dia sering mengeluh itu sangat menyiksa.”


Ma Ri menyahut, “Kamu memetik bunga untuk disimpan dan bunga pasti akan layu. Kamu menangkap kupu kupu dan sayapnya hancur.” 


In Wook meletakkan gelasnya. “Kamu terdengar seakan akan mengenalku dan istriku. 


Ma Ri lagi lagi tak bisa membalas perkataan in wook. Jung won menengahi, “mari berhenti membahas istrimu.” Jung won menyuruh Ma Ri makan saja. In wook masih berceloteh, “aku bisa menjalani pernikahanku yang bahagia seperti kalian dalam waktu dekat,” in wook meneguk anggurnya. Ma Ri jelas tak suka melihatnya. In Wook lanjut bicara, “karena aku sudah menemukan istriku. Aku akan pergi menemuinya esok hari.” In wook memasukkan irisan daging ke mulutnya sambil mengunyah ia memandang keduanya. 


Ma Ri terlihat ketakutan lagi, jung won menggenggam tangannya. Ma Ri menatap jung won yang tersenyum padanya. 


Mereka selesai makan malam. Di parkiran in wook masih membawa bawa dokumennya, 
“Aku sangat menikmati makan malam hari ini, tapi aku belum mendapatkan jawabanmu, nona Woo.”


In Wook mengacungkan dokumennya. “ Apa kontrak ini dibatalkan?”


Jung won menjawab, “aku sudah tegaskan kontrak dibatalkan.”


Ma Ri memegang tangan jung won lebih dulu sebelum maju mendekati in wook. “aku menantikan kerja sama denganmu.”


In Wook tersenyum sebelum akhirnya menyobek nyobek dokumen kerjasama mereka menjadi serpihan kecil. Jung won berteriak, “kamu sedang apa?” In wook menimpali. “aku juga senang nona woo.sampai jumpa.” In wook membuang serpihan serpihan dokumen di tanah begitu saja bergegas 
masuk mobil dan meninggalkan mereka. 


Jung Won dan Ma Ri masuk mobil. Jung Won nampak menahan marah. 
“Kenapa kamu pergi menemuinya? Masalah galeri tidak ada kaitannya denganmu. Tahukah kamu betapa berbahaya itu?” 
“Istrimu dahulu menjalankan galeri seni. Aku ingin membantu. Hanya itu yang bisa kulakukan.”
“Kamu kabur untuk bertahan hidup. Kenapa kamu menemuinya lagi demi Aku?”


“Aku baik baik saja. Selama aku bisa membalas kebaikanmu. Aku senang karena akhirnya berguna bagimu.”


Jung won menoleh pada Ma Ri. 
“Kamu senang. Tidak tahukah kamu apa mauku? Aku mau kamu aman, jauh dari bahaya. Agar aku aku tidak mencemaskanmu. Kenapa kamu menentang bahaya?”


Ma Ri membalas, Begitulah aku. Aku kacau. Begitulah aku, aku memilih pria yang keji sebagao suamiki. Aku menghancurkan hidupku. Dan keputusan bodohku menimbulkan masalah bagi seseorang yang sangat baik sepertimu. Itu selalu salahku.,”
“itu bukan salahmu.”
“lebih baik tinggalkan aku juga. Atau kamu akan menghadapi kesialan.” Ma Ri keluar mobil dan ju g won menyusulnya.


Jung won menarik tangan Ma Ri 
“jangan pergi. Aku tidak marah padamu. Aku hanya terkejut. 
Aku yang salah karena mengubah wajahmu menjadi wajah ha kyung. Jadi, meskipun kang in wook datang ke galeri atau menanyakan ha kyung. Jangan  menemuinya . Biar aku yang menangani galeri.”
“Bersamaku mungkin akan membahayakanmu.”


“Aku baik baik saja,”
“Aku ingin kamu tersenyum saat kamu menjalani hidupmu. Aku ingin kamu bebas.”


Sekali lagi jung won menggenggam tangan Ma ri lebih erat untuk menyemangatinya. 


Mereka berjalan di undakan. 
“Hae Ra bilang kamujatuh cinta pada istrimu pada pandangan pertama.”
“benar.”
“Aku keliru. Kupikir akhirnya kamu mencintainya karena kamu terlalu berhati hati.”
“Ada satu saat yang sepadan dengan sisa hidupku.”


Ma Ri berhenti untuk menghadap ke arah jung won. “apa menatap wajah seseorang begitu berarti?”


“kamu bisa menemukan harapan dari wajah mereka, bahkan jika itu salah paham yang bodoh atau kesalahan besar.”


Ma Ri membatin, “Kalau begitu bagaimana perasaanmu saat menatap wajahku? Sudahkah kamu menemukan harapan?”


Ma Ri lanjut jalan. 


Mereka sampai didepan kamar Ma Ri. Jung won menyerahkan tas kantongnya. 
“selamat malam.”
“hati hati.”


Jung won tersenyum pada Ma Ri sekali lagi sebelum pergi. 


Ma Ri mengawasi kepergiannya dari atas. 


Jung won berbalik melihat Ma Ri dan menyalakan senter di ponselnya lalu menunjukkanya pada Ma Ri. Ma Ri dadah dadah padanya. Jung won pun berjalan lagi. 


jung won pun membawa pergi mobilnya yang diparkir depan undakan, tanpa sepengetahuannya mobil In Wook masih parkir di sana.


In wook keluar dari mobil saat jung won berlalu. 


Jung won di perjalanan pulang seperti memiliki firasat tak enak. 


In Wook menaiki undakan. 


Ma Ri sedang menggantung bajunya saat angin tiba tiba bertiup kencang melambaikan tirai jendela dan Ma Ri melongok untuk melihat keluar jendela. Ia pun menutup jendela yang masih terbuka. 


In Wook perlahan menaiki undakan dan menoleh sebentar kebelakang. 


Mobil jung won berhenti di lampu merah dan jung won seperti kepikiran sesuatu. 


Ma Ri bersiap akan tidur dan mematikan lampu. 


Suara sepatu in wook yang menanjaki undakan besi terdengar sangat keras. 


Hingga ke telinga Ma Ri. Dan Ma Ri terbangun karenanya. 


Bayangan In Wook melintas di depan jendela kamarnya. 


Ma Ri terkejut melihatnya. 


Ma Ri menyalakan lampunya. 


Bayangan In Wook lewat kembali. 


EmoticonEmoticon