Jumat, 24 Mei 2019

SINOPSIS Love in Sadness Episode 28 PART 2


Penulis Sinopsis: Lavender
All images credit and content copyright: MBC

Hae Ra mencoba menenangkan In Wook. “Biar kutebak kenapa istrimu melarikan diri darimu. Alasannya sama dengan kenapa ibumu meninggalkanmu.” In wook mulai terganggu dengan ucapan Hae Ra. 
“Cukup”
“Tidak”
“Aku selalu ingin mengatakan ini.kamu anak baik yang ingin melindungi ibumu dari penganiayaan ayahmu. Tapi kamu tidak bisa.”


In Wook sepertinya terpengaruh omongan Hae Ra. Ia diam mendengarkan “ibumu dianiaya ayahmu dan suatu hari meninggal dunia ditangan ayahmu meninggalkanmu sendirian. Itu membuatmu trauma.”
“Hentikan.”


“Dan kamu membiarkan kebencian, kemarahan,dan kerinduan terhadap ibumu menguasaimu. Anak yang baik itu beranjak dewasa tanpa kasih sayang siapapun. Itu membuatnya tumbuh seperti ayahnya yang sangat dibencinya. Penganiayaan ayahnya mengubahnya menjadi monster yang tidak tahu apa artinya cinta.”

“Hentikan  Hentikan”
In Wook menangis mendengar kebenaran perkataan Hae Ra. 


In Wook menutup telinganya dan berlari ke pagar ram raman. (maaf q gak tau apa nmnya) 


Melihat In Wook yang sepertinya terpengaruh Hae Ra mendekatinya pura pura bersimpati. Hae Ra memeluk kepalanya. In Wook masih menunduk dan berkata “hentikan”sambil terisak. Hae Ra berkata “Pria malang. Aku sudah bilang aku sama sepertimu. Setiap kali aku melihatmu. Aku teringat akan diriku sendiri. Kamu lihat aku bisa menyembuhkan hatimu yang hancur. Jadi, lupakan Yoon Ma Ri yang meninggalkanmu.”


Tetiba In Wook mengangkat wajahnya dan tertawa. “ini sangat menyenangkan. Terima kasih atas kisah yang lucu ini. Kamu psikiater atau apa? Tapi kamu lihat,aku datang kemari bukan untuk mendengarkan ceramahmu.” Hae Ra terperangah. 


In Wook menodongkan pistol ke arah Hae Ra. Hae Ra berjingkat kaget. 


Ma Ri didepan cermin rias mendapat panggilan telepon dari Hae Ra.


“Halo”
“Kamu di mana?”
“Aku diluar”
“sepertinya kamu tidak di seoul. Kamu pergi dengan jung won? 
“ya”
“kapan kamu pulang?”
“aku belum tahu soal itu. Aku harus menanyakannya. Ada masalah apa?”
In Wook menyahut, “suruh dia datng kemari!”
“dengarkan...kamu... Jangan pulang.”
In Wook merampas dengan kasar ponsel Hae Ra hingga terlempar. Ma Ri yang diseberang bertanya panik, “nona joo halo adaa apa?”


Ponsel Hae Ra  terlepas dan dipungut In Wook. 
“ Ma Ri,” in wook menyapa Ma Ri. Ma Ri diseberang berjingkat kaget. “kita harus bertemu lagi seperti dahulu.”


“lebih baik kamu pulang. Aku tahu istriku yang baik hati tidak bisa melihat orang lain terluka.”


Ponsel Ma Ri terjatuh demi mendengar suara in wook dan Ma Ri gemetar ketakutan. 


Hae Ra memperingatkan Ma Ri. “jangan datang  kemari. Kamu tak boleh...” In Wook menodongkan pistol tepat di kepala Hae Ra. Ia mengambil ponselnya, “dengarkan baik baik...”


Ma Ri mengambil ponselnya yang terjatuh. 


Lanjutan kata kata In Wook, “datanglah ke galeri seni sebelumntengah malam. Jika kamu datang, aku akan memaafkan semua kesalahanmu, namun jika tidak aku tak tahu apa yang akan terjadi pada wanita ini. Lihat saja nanti.,”


“Apa yang kamu lakukan?”
“Pulanglah dan minta maaf padaku. Katakan kamu merindukanku seperti aku merindukanmu. Bahwa itu hampir membuatmu gila itulah yang harus kamu lakukan. Jika kamu melakukannya rasa sakit dan amarahku akan sirna seperti biasa. Ma Ri. Dunia akan kembali damai itu hal yang hanya bisa dilakukan olehmu.”


Telepon ditutup In Wook. Ma Ri kembali terdiam ketakutan. 


In Wook menatap Hae Ra yang sudah hampir menangis. 


Jung Won masuk dan mengatakan pada Ma Ri makan malam sudah siap. Ma Ri menjawab dia akan segera keluar. 


Jung won akan pergi Ma Ri tiba tiba memeluknya dari belakang. “ada masalah?”tanya jung won. 
“maafkan aku. Aku tahu ini memalukan.”
“apa masalahmu?”
“tolong rawat ibuku dengan baik.”


“Itukah yang kamu khawatirkan? Kamu tidak perlu mencemaskan ibumu lagi.”


Jung won memeluk Ma Ri. “aku akan ganti baju dan keluar.” Kata Ma Ri. “ Baiklah.”


Ma Ri sepertinya enggan melepas Jung won. 


Ma Ri melihat jam dan ia bergegas keluar menuju stasiun. 


Jung won mencari Ma Ri di kamar tapi tak menemukannya hanya catatan yang tertinggal. 
“jangan khawatir. Aku tidak akan lari lagi.”


Ma Ri sepertinya mematikan ponselnya. Dalam hati ia berkata, agar bisa bahagia denganmu aku mengumpulkan keberanianku.


Jung won mencoba menghubungi ponsel Ma Ri tapi ponselnya tidak dapat dihubungi. 


Ma Ri bersiap naik kereta. 


Ma Ri duduk di kursi penumpang sambil memandang keluar dengan sedih, ia berkata dalam hati, bahkan jika aku tidak bisa bertemu denganmu lagi,dan merasakan kebahagiaan aku ingin menyampaikan perpisahan yang bahagia untukmu yang telah mengajariku apa arti cinta. 


EmoticonEmoticon